PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Al Quran merupakan
sumber dari segala macam ilmu pengetahuan
yang ada di dunia ini. Hal ini dapat kita cermati dari
kandungan-kandungan dan rahasia ilmiah dalam Al Quran yang tersimpan apik. Dan
hal ini pulalah yang seharusnya membuat mata kita melek, dan membuat
jiwa kita peka agar mempelajari, memperdalami dan memahami Al Quran lebih dalam
lagi
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Matematika Dan Al Quran Secara Umum
1. Pegertian matematika
Secara bahasa (lughawi), kata “matematika” berasal dari
bahasa Yunani yaitu “mathema” atau “mathematikos” yang berarti hal-hal yang dipelajari.
Nasoetion (1980:12) menyatakan bahwa matematika berasal dari bahasa Yunani
“mathein” atau “manthenein” yang artinya “mempelajari”. Orang Belanda, menyebut
matematika dengan wiskunde, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan orang Arab,
menyebut matematika dengan ‘ilmu al hisab, artinya ilmu berhitung.[1]
2. Pengertian Al-Quran
Ditinjau dari segi bahasa (Etimologi), Al Qur'an
berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata
kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang
dibaca berulang-ulang. Sedangkan dari segi terminologi (istilah), al Qur'an
diartikan sebagai kalam Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt
sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah
kepada Allah swt.[2]
B. Ayat Al Quran Yang Menyinggung
Konsep Dasar Matematika
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Al Quran
merupakan sumber pokok ajaran islam dan ilmu pengetahuan. Namun, pembahasan Al
Quran tentang ilmu pengetahuan itu sendiri tidaklah dibahas secara detail,
melainkan secara global. Sehingga bisa dibilang, bahwa Al Quran mempelopori
ilmu pengetahuan yang berkembang dengan rahasia-rahasia ilmiah yang tersembunyi
di dalamnya. Tinggal bagaimana kita sebagai seoarang pelajar bersikap peka dan
kritis dengan bahasa Al Quran yang jawami’ul kalim tersebut, salah
satunya dalam bidang Matematika.
Berikut sebagian ayat-ayat Al Quran yang
menyinggung tentang ilmu dasar matematika;
1. Penjumlahan.
ولبثوا
في كهفهم ثلاث مائة سنين وازدادوا تسعا... (الكهف)
Dan
mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(lagi). (Q.S. Al-Kahfi : 25)
Ayat di
atas membahas tentang lamanya waktu pemuda Al-Kahfi yang tinggal di dalam gua,
yaitu 300 ditambah 9 tahun, alias 309 tahun.
2. Pengurangan.
ولقد
أرسلنا نوحا إلى قومه فلبث فيهم ألف سنة إلا خمسين عاما، فأخذهم الطوفان وهم
ظالمون...(العنكبوت)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia
tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka
ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-‘Ankabuut
: 14)
Ayat di
atas menjelaskan tentang lamanya Nabi Nuh ‘alaihissalam tinggal bersama
kaumnya, yaitu 1000 tahun dikurang 50 tahun, yakni 950 tahun lamanya.
3. Bilangan pecahan.
ولكم
نصف ترك أزواجكم إن لم يكن لهن ولد، فإن كان لهن ولد فلكم الربع مما تركن من بعد
وصية يوصين بها أودين، ولهن الربع مما تركتم إن لم يكن لكم ولد، فإن كان لكم ولد
فلهن الثمن مما تركتم من بعد وصية توصون بها أودين، وإن كان رجل يورث كلالة أو
امرأة وله اخ أو اخت فلكل واحد منهما السدس، فإن كانوا أكثر من ذلك فهم شركاء في الثلث
من بعد وصية يوصى بها أودين غير مضار، وصية من الله، والله عليم حليم...(النساء)
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan
oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu
itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah
dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan
jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat
yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati,
baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau
seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua
jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih
dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi
mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai)
syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Penyantun. (Q.S. An-Nisaa’ : 12)
Ayat
di atas membahas tentang pembagian harta warisan, di ayat tersebut ada menyebut
“seperdua”, “sepertiga”, “seperempat”, “seperenam”.
4. Bilangan genap dan bilangan ganjil.
والشفع
والوتر...(الفجر)
dan
yang genap dan yang ganjil, (Q.S. Al-Fajr : 3)
Bilangan
genap seperti 1000 bulan yang disebut pada ayat di bawah ini,
ليلة
القدر خير من ألف شهر...(القدر)
Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (Q.S. Al-Qadr : 3)
Sedangkan
bilangan yang ganjil seperti 3 hari yang disebut pada ayat ini,
فعقروها
فقال تمتّعوا في داركم ثلاثة أيّام، ذلك وعد غير مكذوب...(حود)
Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: "Bersukarialah
kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan."
(Q.S. Huud : 65)
5. Himpunan.
الحمد
لله فاطر السماوات والأرض جاعل الملائكة رسلا، أولي أجنحة مثنى وثلاث ورباع، يزيد
في الخلق مايشاء، إنّ الله على كلّ شيء قدير...(فاطر)
“segala puji bagi Allah pencipta langit dan
bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai
macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan
empat. Allah menambahkan pada ciptaa-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa Atas Segala sesuatu. (Q.S Faathir : 01).
Himpunan didefinisikan sebagai
kumpulan objek-objek yang terdefinisi dengan jelas (well defined) (Bush &
Young, 1873:2). Objek dapat berwujud benda nyata dan dapat juga berwujud benda
abstrak. Di Ayat tersebut mengelompokan malaikat yang mempunyai dua sayap, tiga
sayap, dan empat sayap.
7. Taksiran.
وأرسلناه
إلى مائة ألف أو يزيدون...(الصفاة)
“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih” (Q.S Ash
Shaffaat: 147).
Dalam ayat di atas, seolah-olah tidak ada kepastian tentang jumlah
kaum tempat nabi Yunus diutus. Namun hal itu bukan berarti Alloh SWT tidak
mengetahui jumlah pasti dari kaum tersebut, tetapi ini adalah estimasi dasar
perihal taksiran.
8. Statistika.
لقد
أحصاهم وعدّ هم عدّا...(مريم)
“Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah
mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”. (Q.S Maryam : 94).
Ayat diatas merupakan rujukan dasar dalam ilmu
matematika cabang statistika, karena Statistika adalah cabang matematika yang berkaitan dengan
pengumpulan data, pengolahan data, panyajian data, analisis data, dan penarikan
kesimpulan. [3]
C. Sejarah Matematika Dalam Kacamata Islam
Jika
matematika dipisahkan dari sejarahnya, matematika cenderung mengalami
kehilangan makna apabila dibandingkan dengan pelajaran. Sebagian besar buku
sejarah matematika tidak banyak mengandung rujukan tentang matematika dari
Timur, terutama matematika Islam. Beberapa buku tertentu seperti yang dikarang
oleh Bell (1937) dan Hooper (1948) melanjutkan kisah tentang matematika
orang-orang Yunani seperti Pythagoras, Archimedes dan Evelid, dan kemudian
membuat banyak lompatan tentang pembicaraan matematika zaman renaissance
seperti Copernicus, Newton, Leibritz dan Gauss.[4]
Islam mulai bersemi di wilayah Maghrib - Afrika Utara -
pada tahun 642 M. Setelah melalui berbagai ekspedisi penaklukan, seluruh
wilayah Maghrib yang meliputi Aljazair, Mesir, Libya, Maroko, Sudan, Tunisia
akhirnya berhasil dikuasai Islam pada awal abad ke-8 M. Sejak itulah, di
wilayah Maghrib mulai menggeliat aktivitas intelektualitas, salah satunya adalah
studi matematika.
Matematika menjadi salah satu ilmu yang digemari masyarakat Afrika
Utara. Saat ini, tercatat terdapat 2.000 doktor matematika yang tersebar di Afrika Utara. Sedangkan di Selatan
Sahara terdapat 1.000 matematikus bergelar doktor.
Ali Mostafa Mosharafa tercatat sebagai matematikus
Maghrib pertama yang meraih gelar doktor dari University of London pada tahun
1923. Begitu banyaknya doktor matematika
yang terdapat di benua 'hitam' itu menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh
studi di era keemasan Islam.Dalam tulisan Prof Ahmed Djebbar seorang guru besar
pada University of Sciences and Technologies Lille I di Lille, Prancis berjudul
Mathematics in the Medieval Maghrib membagi perkembangan matematika di era kejayaan Islam di
Afrika Utara.
Periode pertama
Masa kelahiran dan perkembangan pertama matematika di Maghrib yang berlangsung
dari abad ke-9 M hingga 11 M. para ilmuwan muslim menggunakan huruf-huruf abjad
dalam menuliskan karangan-karangan mereka. Hisab allumal (penggunaan huruf abjad
sesuai dengan nilai angkanya) digunakan oleh bangsa Arab dalam masa yang
panjang dalam berbagai ilmu dan urusan perdagangan. Pengaruh hitungan ini
tampak pada tabel astronomi dan hitungan berat berbagai metal. Pengenalan
angka-angka India-Arab serta perluasan penggunaannya di dunia Arab dan Islam
adalah berkat jasa ilmuwan terkenal, Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (164-235
H), yang menulis buku tentang angka-angka India-Arab. Dengan demikian,
bentuk-bentuk dari angka-angka India-Arab mulai menempati huruf-huruf abjad.
Periode kedua
Perkembangan matematika
pada era kekuasaan Kerajaan Almohad yang berlangsung dari abad ke-12 M hingga
13 M.
Periode ketiga
Masa lahirnya teori-teori baru matematika di Maghrib pada abad ke-14 M hingga 15 M. Sedangkan,
periode keempat adalah perkembangan matematika
di Afrika Utara setelah abad ke-15 M.[5]
D. Matematikawan Muslim Yang Cukup Terkemuka
Berikut
adalah beberapa matematikawan muslim yang tekenal, yakni;
1. Al – Khwarizmi, Abu Abdullah Muhammad Ibn
Musa (800-847)
Abu Abdullah
Muhammad Ibn Musa Al-Khwarizmi adalah salah seorang matematikawan Muslim yang
sering dikaitkan dengan tempat kelahirannya, Khwarizmi. Pada masa itu Khwarizmi
merupakan pusat penelitian Asia terkenal dan selalu dikenang. Sangat sedikit
yang mengetahui riwayat tentang kehidupan Al-Khwarizmi. Pada umumnya dalam
buku-buku sejarah disebutkan bahwa ia lahir sebelum tahun 800 dan meninggal
setelah tahun 847.
Penulis
sejarah matematika kenamaan, George Sarton, mengungkapkan bahwa Al-Khwarizmi
adalah “salah seorang ilmuan Muslim terbesar dan terbaik pada masanya”. Sarton
menggolongkan bahwa periode antara abad keempat sampai dengan kelima sebagai
“Zaman Al-Khwarizmi” karena ia adalah ahli matematika terbesar pada masanya.[6]
Salah
satu karya terkenal Al-Khwarizmi adalah kitab al-jabr wa’l Muqabalah. Buku ini
ditulis antara tahun 813 dan 833. Buku ini berkaitan dengan teori persamaan
linier dan kuadrat dengan satu variable yang tak diketahui sebagaimana dasar
perhitungan yang berkaitan dengan bilangan binomial dan trinomial.
Para
sejarawan kuno dan modern meyakini bahwa karya Al-Khwarizmi yang berjudul kitab
al-jabr wa’l Muqabalah merupakan buku pertama dalam sejarah dimana
istilah aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu. Kondisi ini lebih jauh
dipertegas dalam pembukuan, formulasi, dan kosakata yang secara teknis
merupakan suatu kosakata baru.[7]
Dalam
bahasa matematika, aljabar (pemulihan lebih cenderung mengacu kepada pengertia
nilai positif. Sebagai contoh, didalam tulisan aljabar muncul :
x2 = 40x – 4x2
Dapat diubah menjadi bentuk aljabar
5x2 = 40 x
Contoh lain dari buku Al-Khwarizmi adalah :
50 + x2 = 29 + 10x
Dengan proses al-muqobalah, direduksi menjadi
21 + x 2
= 10x
Kedua operasi tersebut digabungkan dengan
operasi aritmatika seperti perkalian, penambahan, pengurangan, dan pembagian
dari monomial dan binomial. Sebagai contoh dalam satu bagian dalam operasi
perhitungan perkalian, ia mengemukakan :
Contoh
kasus,
Dan
perubahan pertamanya didapat dengan cara sebagai berikut :
Di dunia
Barat, ilmu matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al-Khwarizmi
dibandingkan karya para penulis pada abad pertengahan. Masyarakat modern saat
ini berhurang budi pada seorang Al-Khwarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab.
Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional, dan
diperkenalkan konsep aljabar modern membuatnya layak menjadi figure penting
dalam bidang metematika di abad pertengahan.[9]
Diantara
karya-karya terpenting Al-Khwarizmi adalah :
-
Al-jabr
wal Muqaabalah
Ini adalah salah satu buku yang paling terkenal
dan terpenting yang pernah ditulis dalam bidang matematika sepanjang sejarah
pemikiran, peradaban dan pengetahuan bangsa arab.
-
Al-jam
wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid
Karya ini dikenal pelajaran pertama yang
ditulis dengan menggunakan system bilangan decimal, merupakan titik awal
pengembangan matematika dan sains.
-
Shuurutal
ardh
Buku ini adalah buku geografi. Ketika
menulisnya, Al-Khawarizmi bergantung
pada geografi versi Bethlumus dengan beberapa perluasan dan
penambahan. Lebih khususnya mengenai peta.
-
Taqwiimul
Buldaan
Ini adalah buku lainnya dalam bidang geografi.
Dalam penulisan buku ini menjelaskan pendapat-pendapat Bethlumus dengan sangat
detail. Da;am penulisan bukunya ini, Al-Khawarizmi berpijak pada buku
sebelumnya, yakni Shuuratul Ardh. [10]
2. Al – Biruni, Abu Rayhan Muhammad Ibn Ahmad
(973-1050)
Abu
Raynan Muhammad Ibn Ahmad dilahirkan pada tanggal 4 September 973 di Birun
(pinggiran kota Kath), salah satu kota utama di Khwarizm. Kath terletak di tepi
kanan sungai Amu Dar’ya dan timur laut Khiva. Meskipun ia membatasi dirinya
sebagai Abu Rayhan, ia mendapat sebutan Al-Biruni, yang dalam bahasa persia
berarti orang luar.[11]
Al-Biruni
adalah salah satu pemikir yang mempunyai kecerdasan luar biasa. Ia hidup selama
periode perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat dalam peradaban Islam.
Penguasaan ilmunya sangat menakjubkan. Ilmunya mencakup bidang astronomi,
matematika, kronologi, geografi matematika, fisika, kimia, mineralogy, sejarah,
antropologi, agama, kedokteran, astrologi dan puisi. Fakta bahwa Al-Biruni
dianggap sebagai ilmuan besar adalah dicanangkannya tahun Al-Biruni pada awal
abad kesebelas. Ia pernah dianugerahi gelar sebagai al-Ustadz atau Tuan.[12]
Kecerdasan
Al-Biruni banyak dituangkan dalam berbagai macam cabang ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu matematika dan astronomi. Dalam bagian pendahuluan Qanun
al-Mas’udi, Al-Biruni menyatakan bahwa :
“Karena
saya terkait dengan salah satu cabang ilmu matematika, dan selalu berhubungan
dengannya serta mendalaminya sejak lahir, saya lebih suka melayani hikmat
dengan menulis risalah dalam seni astronomi…Saya telah menghiasinya dengan
perhiasan yang terbaik”[13]
Dalam
buku Qanun al-Mas’udi, ia membicarakan tangen dan cotangent dan selanjutnya ia
menetapkan bentuk secan, cosecant, sinus dan cosinus, versinus dan coversinus
dalam hal tangen dan cotangent dan sebaliknya. Ia menghitung table-tabel tangen
dari sinus-sinus dengan menggunakan rumus
.
Al-Biruni
pula diperhatikan karena perkiraannya yang akurat tentang µ. Ia menentukan
perbandingan diameter terhadap perimeter polygon regular 180 sisi, yang
digambarkan dan dibatasi dalam lingkaran satuan. Persesuaian-persesuaian ini
untuk
dan
. [14]
Al-Biruni
memberikan pengaruh yang sangat besar tidak hanya pada orang-orang Asia, tetapi
juga umat manusia karena hidup dan kontribusinya yang sangat penting dalam
sejarah umat manusia. Ia adalah sarjana yang cakap dalam berbagai ilmu pengetahuan
dari urutan yang paling tinggi yaitu sebagai ahli matematika dan astronom.
Kenyataannya, menurut Nasr, “Al-Biruni adalah manusia terbesar yang pernah
hidup”, ahli geologi, ahli farmasi, sejarawan, ahli geologi, ahli bahasa, dan
sarjana perbandingan agama yang cerdas.[15]
Hasil
karya Al-biruni melebihi 120 buah buku. Sumbangannya pada bidang
matematika yakni :
-
Aritmatika teoretis and
praktis
-
Penjumlahan seri
-
Analisis kombinatorial
-
Kaidah angka 3
-
Bilangan irasional
-
Teori perbandingan
-
Definisi aljabar
-
Metode pemecahan penjumlahan
aljabar
-
Geometri
-
Teorema Archimedes
-
Sudut segitiga[16]
3. Ibn Al-Haytham, Abu Ali-Hasan Ibn Al-Hasan
(965-1039)
Ibn
Al-Haytham dikenal juga di belahan dunia Barat dengan nama Alhazen. Ia
dilahirkan di Basra, sebuah kota di tenggara Irak pada tahun 965. Ia adalah
salah seorang fisikawan muslim terkemuka dan salah satu peneliti bidang optic
sepanjang masa. Di samping itu, ia adalah ahli matematika, astronomi, filosofi,
juga bidang kedokteran yang berkat usahanya dikenal sebagai cendekiawan bidang
kedokteran.[17]
Ibn
Al-Haytham telah menulis paling tidak 180 karya. Karenanya itu ia digolongkan
salah satu ilmuwan paling produktif pada abad pertengahan . Karya-karyanya
banyak dalam bidang matematika, biologi, astronomi, optic, filosofi, logika,
mekanika, obat-obatan, etika, politik, puisi, music dan teologi. Karya-karyanya
yang masih hidup merupakan karya-karya dalam bidang astronomi, optic, dan
matematika.[18]
Contoh
tentang kepandaian Ibn Al-Haytham didasarkan pada adanya “masalah Alhazen” yang
namanya kemudian diabaikan dalam ilmu matematika. Salah satu tujuannya adalah
membangun semua titik refleksi untuk posisi tertentu dari mata manusia dan
obyek. Berikut adalah masalah Alhazen :
“Seandainya ada sebuah cermin
cembung lengkap dengan posisi obyek dan pengamat, hal itu berguna untuk
menentukan titik refleksi atau pantulan cahaya dari permukaan cermin, obyek,
dan pengamat.”[19]
Dalam
tulisannya yang berjudul A Solid Arithmetical Problem, ia menghitung
massa dua benda padat dengan memutar segmen parabola :(i) di sekitar diameter
dan sekitar ordinat. Hasil yang kedua adalah baru. Ia menggunakan metode lelah
guna menentukan batas atas dan bawah dari volume dari obyek, ia memberikan
formula ringkasan untuk empat kekuatan bilangan asli :
Mereka mengikuti sebagai berikut :
1 + 2 + 3 + … + n =
12 + 22 + 32 +
… + n2 =
13 + 23 + 33 +
… + n3 =
Ibnu
Haytham membuktikan pandangannya apabila dia begitu ghairah mencari dan
mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehinggan kini dia berhasil
menulis banyak buku dan makalah. Diantara buku hasil karyanya adalah :
-
Al-Jami fi usul al-Hisab yang
mengandung teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya.
-
Kitab Tahlil wa al-Tarkib
mengenai ilmu geometri
-
Kitab Tahlil ai-masail
al-adadiyah tentang algebra
-
Maqalah fima tad’u llaih
mengenai penggunaan geometri dalam urusan hokum syarak
-
Risalah fi Sina’at al-Syi’r
mengenai teknik penulisan puisi.
Sumbangan Ibnu Haytham kepada ilmu sains dan
filsafat amat banyak. Karena itulah Ibnu Haytham dikenali sebagai seorang yang
miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa
pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga saat ini.
Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi
telah “dicuri” oleh ilmuan Barat tanpa memberikan penghargaan yang patut kepada
dia. Tapi sesungguhnya, barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haytham dan
para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia eropa masih
diselubungi kegelapan.[21]
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al
Quran merupakan sumber pokok ajaran islam sekaligus merupakan acuan-acuan utama
dalam perkembangan ilmu pengetahuan lainnya yang berkembang dari waktu ke
waktu. Tak ayal, matematika dan cabang ilmunya pun bersumber dari Al Quran.
Hanya saja tidak digambarkan secara detai dan jelas, melainkan dengan
isyarat-isyarat yang harus kita pelajari, perdalami juga fahami.
Jika
secara umum, matematika adalah bidang ilmu yang sangat berkaitan dengan
angka-angka, maka dalam ayat-ayat Al quran itu sendiri banyak meyimpan
rahasia-rahasia dan keajaiban seputar angka-angka. Dan tentunya, kembali ke
poin awal adalah bagaimana kita bersikap peka dan kritis terhadap ayat-ayat Al
Quran tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Mohamed Mohaini, Matematikawan
Muslim terkemuka, 2001, Jakarta: Salemba Teknika,
2.
As-Salih Subhi, Membahas
Ilmu-Ilmu Al-Quran, 1985,Jakarta:Pustaka Firdaus.
3.
Kazim, M. A. Al-Biruni and
Trigonometry , 1951 Calcuta: Iran Society
4.
Fikrihamzani.blogspot.co.id/2013/04/matematika-dalam-islam.html