Tuesday, February 27, 2018






PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Al Quran merupakan sumber dari segala macam ilmu pengetahuan yang ada di dunia  ini.  Hal ini dapat kita cermati dari kandungan-kandungan dan rahasia ilmiah dalam Al Quran yang tersimpan apik. Dan hal ini pulalah yang seharusnya membuat mata kita melek, dan membuat jiwa kita peka agar mempelajari, memperdalami dan memahami Al Quran lebih dalam lagi


PEMBAHASAN

A. Pengertian Matematika Dan Al Quran Secara Umum

1. Pegertian matematika
Secara bahasa (lughawi), kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “mathema” atau “mathematikos”  yang berarti hal-hal yang dipelajari. Nasoetion (1980:12) menyatakan bahwa matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” yang artinya “mempelajari”. Orang Belanda, menyebut matematika dengan wiskunde, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu al hisab, artinya ilmu berhitung.[1]

2. Pengertian Al-Quran
Ditinjau dari segi bahasa (Etimologi), Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Sedangkan dari segi terminologi (istilah), al Qur'an diartikan sebagai kalam Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt.[2]

B. Ayat Al Quran Yang Menyinggung  Konsep Dasar Matematika

            Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Al Quran merupakan sumber pokok ajaran islam dan ilmu pengetahuan. Namun, pembahasan Al Quran tentang ilmu pengetahuan itu sendiri tidaklah dibahas secara detail, melainkan secara global. Sehingga bisa dibilang, bahwa Al Quran mempelopori ilmu pengetahuan yang berkembang dengan rahasia-rahasia ilmiah yang tersembunyi di dalamnya. Tinggal bagaimana kita sebagai seoarang pelajar bersikap peka dan kritis dengan bahasa Al Quran yang jawami’ul kalim tersebut, salah satunya dalam bidang  Matematika.

 Berikut sebagian ayat-ayat Al Quran yang menyinggung tentang ilmu dasar matematika;

1. Penjumlahan.

ولبثوا في كهفهم ثلاث مائة سنين وازدادوا تسعا... (الكهف)

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (Q.S. Al-Kahfi : 25)

Ayat di atas membahas tentang lamanya waktu pemuda Al-Kahfi yang tinggal di dalam gua, yaitu 300 ditambah 9 tahun, alias 309 tahun.

2. Pengurangan.

ولقد أرسلنا نوحا إلى قومه فلبث فيهم ألف سنة إلا خمسين عاما، فأخذهم الطوفان وهم ظالمون...(العنكبوت)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-‘Ankabuut : 14)

Ayat di atas menjelaskan tentang lamanya Nabi Nuh ‘alaihissalam tinggal bersama kaumnya, yaitu 1000 tahun dikurang 50 tahun, yakni 950 tahun lamanya.


3. Bilangan pecahan.

ولكم نصف ترك أزواجكم إن لم يكن لهن ولد، فإن كان لهن ولد فلكم الربع مما تركن من بعد وصية يوصين بها أودين، ولهن الربع مما تركتم إن لم يكن لكم ولد، فإن كان لكم ولد فلهن الثمن مما تركتم من بعد وصية توصون بها أودين، وإن كان رجل يورث كلالة أو امرأة وله اخ أو اخت فلكل واحد منهما السدس، فإن كانوا أكثر من ذلك فهم شركاء في الثلث من بعد وصية يوصى بها أودين غير مضار، وصية من الله، والله عليم حليم...(النساء)

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (Q.S. An-Nisaa’ : 12)

Ayat di atas membahas tentang pembagian harta warisan, di ayat tersebut ada menyebut “seperdua”, “sepertiga”, “seperempat”, “seperenam”.

4. Bilangan genap dan bilangan ganjil.

والشفع والوتر...(الفجر)

dan yang genap dan yang ganjil, (Q.S. Al-Fajr : 3)

Bilangan genap seperti 1000 bulan yang disebut pada ayat di bawah ini,

ليلة القدر خير من ألف شهر...(القدر)

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (Q.S. Al-Qadr : 3)

Sedangkan bilangan yang ganjil seperti 3 hari yang disebut pada ayat ini,

فعقروها فقال تمتّعوا في داركم ثلاثة أيّام، ذلك وعد غير مكذوب...(حود)

Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: "Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan." (Q.S. Huud : 65)


5. Himpunan.

الحمد لله فاطر السماوات والأرض جاعل الملائكة رسلا، أولي أجنحة مثنى وثلاث ورباع، يزيد في الخلق مايشاء، إنّ الله على كلّ شيء قدير...(فاطر)

“segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaa-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas Segala sesuatu. (Q.S Faathir : 01).

Himpunan didefinisikan sebagai kumpulan objek-objek yang terdefinisi dengan jelas (well defined) (Bush & Young, 1873:2). Objek dapat berwujud benda nyata dan dapat juga berwujud benda abstrak. Di Ayat tersebut mengelompokan malaikat yang mempunyai dua sayap, tiga sayap, dan empat sayap.

7. Taksiran.

وأرسلناه إلى مائة ألف أو يزيدون...(الصفاة)

“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih” (Q.S Ash Shaffaat: 147).

Dalam ayat di atas, seolah-olah tidak ada kepastian tentang jumlah kaum tempat nabi Yunus diutus. Namun hal itu bukan berarti Alloh SWT tidak mengetahui jumlah pasti dari kaum tersebut, tetapi ini adalah estimasi dasar perihal taksiran.

8. Statistika.

لقد أحصاهم وعدّ هم عدّا...(مريم)

“Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”. (Q.S Maryam : 94).

Ayat diatas merupakan rujukan dasar dalam ilmu matematika cabang statistika, karena Statistika adalah cabang matematika yang berkaitan dengan pengumpulan data, pengolahan data, panyajian data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. [3]


C. Sejarah Matematika Dalam Kacamata Islam


Jika matematika dipisahkan dari sejarahnya, matematika cenderung mengalami kehilangan makna apabila dibandingkan dengan pelajaran. Sebagian besar buku sejarah matematika tidak banyak mengandung rujukan tentang matematika dari Timur, terutama matematika Islam. Beberapa buku tertentu seperti yang dikarang oleh Bell (1937) dan Hooper (1948) melanjutkan kisah tentang matematika orang-orang Yunani seperti Pythagoras, Archimedes dan Evelid, dan kemudian membuat banyak lompatan tentang pembicaraan matematika zaman renaissance seperti Copernicus, Newton, Leibritz dan Gauss.[4]
Islam mulai bersemi di wilayah Maghrib - Afrika Utara - pada tahun 642 M. Setelah melalui berbagai ekspedisi penaklukan, seluruh wilayah Maghrib yang meliputi Aljazair, Mesir, Libya, Maroko, Sudan, Tunisia akhirnya berhasil dikuasai Islam pada awal abad ke-8 M. Sejak itulah, di wilayah Maghrib mulai menggeliat aktivitas intelektualitas, salah satunya adalah studi matematika.
Matematika menjadi salah satu ilmu yang digemari masyarakat Afrika Utara. Saat ini, tercatat terdapat 2.000 doktor matematika yang tersebar di Afrika Utara. Sedangkan di Selatan Sahara terdapat 1.000 matematikus bergelar doktor.
Ali Mostafa Mosharafa tercatat sebagai matematikus Maghrib pertama yang meraih gelar doktor dari University of London pada tahun 1923. Begitu banyaknya doktor matematika yang terdapat di benua 'hitam' itu menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh studi di era keemasan Islam.Dalam tulisan Prof Ahmed Djebbar seorang guru besar pada University of Sciences and Technologies Lille I di Lille, Prancis berjudul Mathematics in the Medieval Maghrib membagi perkembangan matematika di era kejayaan Islam di Afrika Utara.



Periode pertama
Masa kelahiran dan perkembangan pertama matematika di Maghrib yang berlangsung dari abad ke-9 M hingga 11 M. para ilmuwan muslim menggunakan huruf-huruf abjad dalam menuliskan karangan-karangan mereka. Hisab allumal (penggunaan huruf abjad sesuai dengan nilai angkanya) digunakan oleh bangsa Arab dalam masa yang panjang dalam berbagai ilmu dan urusan perdagangan. Pengaruh hitungan ini tampak pada tabel astronomi dan hitungan berat berbagai metal. Pengenalan angka-angka India-Arab serta perluasan penggunaannya di dunia Arab dan Islam adalah berkat jasa ilmuwan terkenal, Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (164-235 H), yang menulis buku tentang angka-angka India-Arab. Dengan demikian, bentuk-bentuk dari angka-angka India-Arab mulai menempati huruf-huruf abjad.
Periode kedua
Perkembangan matematika pada era kekuasaan Kerajaan Almohad yang berlangsung dari abad ke-12 M hingga 13 M.
Periode ketiga
Masa lahirnya teori-teori baru matematika di Maghrib pada abad ke-14 M hingga 15 M. Sedangkan, periode keempat adalah perkembangan matematika di Afrika Utara setelah abad ke-15 M.[5]

D.   Matematikawan Muslim Yang Cukup Terkemuka
      Berikut adalah beberapa matematikawan muslim yang tekenal, yakni;

1. Al – Khwarizmi, Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa (800-847)

Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khwarizmi adalah salah seorang matematikawan Muslim yang sering dikaitkan dengan tempat kelahirannya, Khwarizmi. Pada masa itu Khwarizmi merupakan pusat penelitian Asia terkenal dan selalu dikenang. Sangat sedikit yang mengetahui riwayat tentang kehidupan Al-Khwarizmi. Pada umumnya dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa ia lahir sebelum tahun 800 dan meninggal setelah tahun 847.
Penulis sejarah matematika kenamaan, George Sarton, mengungkapkan bahwa Al-Khwarizmi adalah “salah seorang ilmuan Muslim terbesar dan terbaik pada masanya”. Sarton menggolongkan bahwa periode antara abad keempat sampai dengan kelima sebagai “Zaman Al-Khwarizmi” karena ia adalah ahli matematika terbesar pada masanya.[6]
Salah satu karya terkenal Al-Khwarizmi adalah kitab al-jabr wa’l Muqabalah. Buku ini ditulis antara tahun 813 dan 833. Buku ini berkaitan dengan teori persamaan linier dan kuadrat dengan satu variable yang tak diketahui sebagaimana dasar perhitungan yang berkaitan dengan bilangan binomial dan trinomial.
Para sejarawan kuno dan modern meyakini bahwa karya Al-Khwarizmi yang berjudul kitab al-jabr wa’l Muqabalah merupakan buku pertama dalam sejarah dimana istilah aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu. Kondisi ini lebih jauh dipertegas dalam pembukuan, formulasi, dan kosakata yang secara teknis merupakan suatu kosakata baru.[7]
Dalam bahasa matematika, aljabar (pemulihan lebih cenderung mengacu kepada pengertia nilai positif. Sebagai contoh, didalam tulisan aljabar muncul :
x2 = 40x – 4x2
Dapat diubah menjadi bentuk aljabar
5x2 = 40 x
Contoh lain dari buku Al-Khwarizmi adalah :
50 + x2 = 29 + 10x
Dengan proses al-muqobalah, direduksi menjadi
21 + x 2 = 10x
Kedua operasi tersebut digabungkan dengan operasi aritmatika seperti perkalian, penambahan, pengurangan, dan pembagian dari monomial dan binomial. Sebagai contoh dalam satu bagian dalam operasi perhitungan perkalian, ia mengemukakan :
Contoh kasus,
 = 20
Dan perubahan pertamanya didapat dengan cara sebagai berikut :
 +  +  + 1 = 20[8]

Di dunia Barat, ilmu matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al-Khwarizmi dibandingkan karya para penulis pada abad pertengahan. Masyarakat modern saat ini berhurang budi pada seorang Al-Khwarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional, dan diperkenalkan konsep aljabar modern membuatnya layak menjadi figure penting dalam bidang metematika di abad pertengahan.[9]

Diantara karya-karya terpenting Al-Khwarizmi adalah :
-                      Al-jabr wal Muqaabalah
Ini adalah salah satu buku yang paling terkenal dan terpenting yang pernah ditulis dalam bidang matematika sepanjang sejarah pemikiran, peradaban dan pengetahuan bangsa arab.
-                     Al-jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid
Karya ini dikenal pelajaran pertama yang ditulis dengan menggunakan system bilangan decimal, merupakan titik awal pengembangan matematika dan sains.
-                     Shuurutal ardh
Buku ini adalah buku geografi. Ketika menulisnya, Al-Khawarizmi bergantung  pada geografi versi Bethlumus dengan beberapa perluasan dan penambahan. Lebih khususnya mengenai peta.
-                     Taqwiimul Buldaan
Ini adalah buku lainnya dalam bidang geografi. Dalam penulisan buku ini menjelaskan pendapat-pendapat Bethlumus dengan sangat detail. Da;am penulisan bukunya ini, Al-Khawarizmi berpijak pada buku sebelumnya, yakni Shuuratul Ardh. [10]


2. Al – Biruni, Abu Rayhan Muhammad Ibn Ahmad (973-1050)

Abu Raynan Muhammad Ibn Ahmad dilahirkan pada tanggal 4 September 973 di Birun (pinggiran kota Kath), salah satu kota utama di Khwarizm. Kath terletak di tepi kanan sungai Amu Dar’ya dan timur laut Khiva. Meskipun ia membatasi dirinya sebagai Abu Rayhan, ia mendapat sebutan Al-Biruni, yang dalam bahasa persia berarti orang luar.[11]
Al-Biruni adalah salah satu pemikir yang mempunyai kecerdasan luar biasa. Ia hidup selama periode perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat dalam peradaban Islam. Penguasaan ilmunya sangat menakjubkan. Ilmunya mencakup bidang astronomi, matematika, kronologi, geografi matematika, fisika, kimia, mineralogy, sejarah, antropologi, agama, kedokteran, astrologi dan puisi. Fakta bahwa Al-Biruni dianggap sebagai ilmuan besar adalah dicanangkannya tahun Al-Biruni pada awal abad kesebelas. Ia pernah dianugerahi gelar sebagai al-Ustadz atau Tuan.[12]
Kecerdasan Al-Biruni banyak dituangkan dalam berbagai macam cabang ilmu pengetahuan, khususnya ilmu matematika dan astronomi. Dalam bagian pendahuluan Qanun al-Mas’udi, Al-Biruni menyatakan bahwa :


“Karena saya terkait dengan salah satu cabang ilmu matematika, dan selalu berhubungan dengannya serta mendalaminya sejak lahir, saya lebih suka melayani hikmat dengan menulis risalah dalam seni astronomi…Saya telah menghiasinya dengan perhiasan yang terbaik”[13]


Dalam buku Qanun al-Mas’udi, ia membicarakan tangen dan cotangent dan selanjutnya ia menetapkan bentuk secan, cosecant, sinus dan cosinus, versinus dan coversinus dalam hal tangen dan cotangent dan sebaliknya. Ia menghitung table-tabel tangen dari sinus-sinus dengan menggunakan rumus .
Al-Biruni pula diperhatikan karena perkiraannya yang akurat tentang µ. Ia menentukan perbandingan diameter terhadap perimeter polygon regular 180 sisi, yang digambarkan dan dibatasi dalam lingkaran satuan. Persesuaian-persesuaian ini untuk  dan . [14]

Al-Biruni memberikan pengaruh yang sangat besar tidak hanya pada orang-orang Asia, tetapi juga umat manusia karena hidup dan kontribusinya yang sangat penting dalam sejarah umat manusia. Ia adalah sarjana yang cakap dalam berbagai ilmu pengetahuan dari urutan yang paling tinggi yaitu sebagai ahli matematika dan astronom. Kenyataannya, menurut Nasr, “Al-Biruni adalah manusia terbesar yang pernah hidup”, ahli geologi, ahli farmasi, sejarawan, ahli geologi, ahli bahasa, dan sarjana perbandingan agama yang cerdas.[15]

Hasil karya Al-biruni melebihi 120 buah buku. Sumbangannya pada bidang matematika  yakni :
-                 Aritmatika teoretis and praktis
-                 Penjumlahan seri
-                 Analisis kombinatorial
-                 Kaidah angka 3
-                 Bilangan irasional
-                 Teori perbandingan
-                 Definisi aljabar
-                 Metode pemecahan penjumlahan aljabar
-                 Geometri
-                 Teorema Archimedes
-                 Sudut segitiga[16]





3. Ibn Al-Haytham, Abu Ali-Hasan Ibn Al-Hasan (965-1039)

Ibn Al-Haytham dikenal juga di belahan dunia Barat dengan nama Alhazen. Ia dilahirkan di Basra, sebuah kota di tenggara Irak pada tahun 965. Ia adalah salah seorang fisikawan muslim terkemuka dan salah satu peneliti bidang optic sepanjang masa. Di samping itu, ia adalah ahli matematika, astronomi, filosofi, juga bidang kedokteran yang berkat usahanya dikenal sebagai cendekiawan bidang kedokteran.[17]
Ibn Al-Haytham telah menulis paling tidak 180 karya. Karenanya itu ia digolongkan salah satu ilmuwan paling produktif pada abad pertengahan . Karya-karyanya banyak dalam bidang matematika, biologi, astronomi, optic, filosofi, logika, mekanika, obat-obatan, etika, politik, puisi, music dan teologi. Karya-karyanya yang masih hidup merupakan karya-karya dalam bidang astronomi, optic, dan matematika.[18]
Contoh tentang kepandaian Ibn Al-Haytham didasarkan pada adanya “masalah Alhazen” yang namanya kemudian diabaikan dalam ilmu matematika. Salah satu tujuannya adalah membangun semua titik refleksi untuk posisi tertentu dari mata manusia dan obyek. Berikut adalah masalah Alhazen :

“Seandainya ada sebuah cermin cembung lengkap dengan posisi obyek dan pengamat, hal itu berguna untuk menentukan titik refleksi atau pantulan cahaya dari permukaan cermin, obyek, dan pengamat.”[19]


Dalam tulisannya yang berjudul A Solid Arithmetical Problem, ia menghitung massa dua benda padat dengan memutar segmen parabola :(i) di sekitar diameter dan sekitar ordinat. Hasil yang kedua adalah baru. Ia menggunakan metode lelah guna menentukan batas atas dan bawah dari volume dari obyek, ia memberikan formula ringkasan untuk empat kekuatan bilangan asli :
 untuk k = 1,2,3,4
Mereka mengikuti sebagai berikut :
1 + 2 + 3 + … + n  =  
12 + 22 + 32 + … + n2  =    
13 + 23 + 33 + … + n3 =
14 + 24 + 34 + … + n4 =  + )(  )[ n(n+1) -  ][20]

Ibnu Haytham membuktikan pandangannya apabila dia begitu ghairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehinggan kini dia berhasil menulis banyak buku dan makalah. Diantara buku hasil karyanya adalah :
-          Al-Jami fi usul al-Hisab yang mengandung teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya.
-          Kitab Tahlil wa al-Tarkib mengenai ilmu geometri
-          Kitab Tahlil ai-masail al-adadiyah tentang algebra
-          Maqalah fima tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hokum syarak
-          Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.
Sumbangan Ibnu Haytham kepada ilmu sains dan filsafat amat banyak. Karena itulah Ibnu Haytham dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga saat ini.
Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah “dicuri” oleh ilmuan Barat tanpa memberikan penghargaan yang patut kepada dia. Tapi sesungguhnya, barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haytham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia eropa masih diselubungi kegelapan.[21]






PENUTUP


A. KESIMPULAN
            Al Quran merupakan sumber pokok ajaran islam sekaligus merupakan acuan-acuan utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan lainnya yang berkembang dari waktu ke waktu. Tak ayal, matematika dan cabang ilmunya pun bersumber dari Al Quran. Hanya saja tidak digambarkan secara detai dan jelas, melainkan dengan isyarat-isyarat yang harus kita pelajari, perdalami juga fahami.
            Jika secara umum, matematika adalah bidang ilmu yang sangat berkaitan dengan angka-angka, maka dalam ayat-ayat Al quran itu sendiri banyak meyimpan rahasia-rahasia dan keajaiban seputar angka-angka. Dan tentunya, kembali ke poin awal adalah bagaimana kita bersikap peka dan kritis terhadap ayat-ayat Al Quran  tersebut.








DAFTAR PUSTAKA

1.       Mohamed Mohaini, Matematikawan Muslim terkemuka, 2001, Jakarta: Salemba Teknika,
2.      As-Salih Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran, 1985,Jakarta:Pustaka Firdaus.
3.      Kazim, M. A. Al-Biruni and Trigonometry , 1951 Calcuta: Iran Society
4.      Fikrihamzani.blogspot.co.id/2013/04/matematika-dalam-islam.html






                [1]  Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001) hlm. 10
                [2] Subhi As-Salih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985) hlm, 3-4
                [3]  Subhi As-Salih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985) hlm, 349-352
                [4] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001) hlm. 100.
                [5] Fikrihamzani.blogspot.co.id/2013/04/matematika-dalam-islam.html (07.20/05-10-2016)
                [6] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001) hlm.20

                [7] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001) hlm.24-25

                [8] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001) hlm. 29

                [9] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001)  40-41

                [10] www.asraraspia.web.id/2012/12/karya-karya Al-Khwarizmi
                [11] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001),hlm 62

                [12] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001),hlm 60


                [13] Kazim, M. A. trans. 1951. Al-Biruni and Trigonometry. In Al-Biruni Commemorative Volume. Calcuta: Iran Society, 161.
                [14] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001) hlm. 76-77
                [15] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001 ,hlm 83
               
                [16] Al-badar.net/biografi-dan-karya-al-biruni/
                [17] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001, hlm  44
               
                [18] [18] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001) hlm. 47

                [19] Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001, hlm 54

                [20]Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2001, hlm 55-56

                [21] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ibnu-Haitham

Popular Posts