LATAR
BELAKANG
Sebuah
bahasa, termasuk bahasa Arab, pada awalnya bermula dari bahasa lisan (Lughah
al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan
sesamanya, sebelum pada tahun selanjutnya, bahasa itu dimodifikasi atau
dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (Lughah Kitabah). Asumsi ini
diperkuat dengan bukti realististis yang menunjukkan betapa banyak bahasayang
telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasidalam catatan. Hal
itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis-menulis sehingga bahasa
lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka, seperti,
bahasa Akkad, atau Babylonia, bahasa Aram, dan sebagainya. Dan salah satu untuk
mengatasi hal itu, maka para ahli bahasa mulai menyusun mu’jam atau yang
lebih kita kenal dengan kamus
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MU’JAM
1. Mu’jam
Kata
al-Mu`jam (المعجم) terambil dari asal
kata al-`ujm (العجم) yang secara
literal berarti bukan orang Arab atau orang yang tidak fasih berbicara Bahasa
Arab, sekalipun ia keturunan Arab.[1]
Ibnu Jinni dalam kitabnya Sirr Sina`ati al-I`rab, sebagai yang dikutip
Emil Ya`qub, mengatakan bahwa ع ج م (yang menjadi dasar kata mu`jam) dalam kalam Arab
dipakai untuk menunjukkan makna al-ibham dan al-ikhfa` yaitu tidak jelas
dan menyembunyikan. Ia merupakan antonim (lawa kata) dari al-bayan dan al-ifsah.[2]
Adapun
makna al-mu`jam menurut istilah yang digunakan orang Arab adalah suatu
kitab yang menghimpun sejumlah mufradat atau kata-kata sesuatu bahasa
dan diiringi dengan penjelasannya atau tafsiran maknanya, materi-materinya disusun
sedemikian rupa, adakalanya berdasarkan urutan huruf hijaiyah dan adakalanya
berdasarkan topik.[3]
2. Hubungan Mu’jam dengan Qomus
Kata-kata
qamus sendiri pada dasarnya bermakna al-bahr atau al-bahr al-muhit
yaitu laut atau laut yang luas. Para pengarang Arab terdahulu sering menamakan
karya mereka di bidang mu’jam dengan nama al-bahr (laut) atau
dengan sifat yang dimilikinya seperti al-muhit (yangmeliputi / yang luas). Ibnu
`Ibad (938-995 M.) misalnya telah menamai mu`jamnya dengan al-muhit;
Ibnu Sa’idah (1007-1066 M.) menamai mu`jamnya dengan al-Muhkam wa
al-Muhit al-A`zam, sebagaimana juga al-Shaghani telah menamai mu`jamnya
dengan Majma` al-Bahrayn. Lalu muncul Fairozabadi (1329-1415 M.) dengan
karya Ensiklopedianya yang diberinya nama dengan Al-Qamus al-Muhit.[4]
Kemudian
karena Al Qomus Al Muhit karya Fairozabadi ini disusun dengan sangat
apik dan mudah digunakan, dan mencapai 20.000 kosa kata lebih dengan penjelasan
yang tidak bertele-tele, serta dilengkapi juga dengan contoh-contoh, sehingga
sering dijadikan rujukan oleh ulama-ulama lughoh akhirnya menjadi tenar
dan masyhur pada masa itu. Sehingga menimbulkan pergeseran makna qomus
yang tadinya hanya mempunyai makna “laut yang dalam” kini juga mempunyai makna
segala bentuk kamus kebahasaan.
Oleh
karenanya maka tidak mengherankan bila ada yang mengatakan bahwa al-mu`jam
identik (searti) dengan kata al-qamus (Indonesia: kamus), bahkan
sekarang kata-kata qamus telah lebih populer dari kata-kata mu`jam
sendiri, karena banyak pengarang mu`jam yang menamakan karya mu`jam
mereka dengan qamus.[5]
3. Kata lain yang (hampir) semakna
Selain
Mu’jam dan Qomus, dikenal pula istilah lain yang maknanya tidak
jauh berbeda yaitu al-Mawsu`ah, hanya saja istilah mawsu`ah
terlihat memiliki makna yang lebih luas bila dibanding dengan istilah mu`jam
dan qamus. Mawsu`ah lebih dapat disebut sebagai Ensiklopedia yang
menjelaskan bukan hanya berupa mufradat atau kata,melainkan juga mencakup
berbagai peristiwa atau sejarah.
Kemudian ada istilah musrid yang yang dalam Bahasa Indonesia
menunjukan arti Indeks atau Glosarium
Semua
istilah tersebut mengarah kepada satu pengertian bahwasanya kamus,
ensiklopedia, indeks, glosarium adalah kumpulan kosakata yang dilengkapi dengan
makna/artinya dan keterangan lain yang bertujuan untuk menjelaskan informasi
yang berhubungan dengan kata-kata yang termuat di dalam daftar tersebut.
B. SEJARAH KEMUNCULAN
DAN PERKEMBANGAN MU’JAM
Mu`jam
`Arabi dalam perjalanan sejarahnya
tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan ia memiliki fase-fase perkembangannya
serta adanya beberapa hal atau faktor yang mendorong kemunculannya.
1. Faktor Kelahiran
Adapaun
diantara faktor yang mendorong kelahiran mu’jam adalah adanya kebutuhan
orang Arab kepada penafsiran lafaz-lafaz Al-Quran serta keinginan mereka untuk
memelihara kitab suci tersebut dari kesalahan ucap dan kesalahan memahaminya.[6]
Dengan adanya kebutuhan yang demikian itu, maka orang-orang yang mempunyai
komitmen tinggi terhadap pengumpulan bahasa Arab yang akan diwujudkan dalam
bentuk tulisan telah melakukan penelitian ke tempat-tempat tertentu terutama ke
pelosok-pelosok desa yang bahasa mereka dipandang masih belum mengalami
perubahan atau percampuran dengan bahasa asing. Dengan demikian, maka makna
dari sesuatu lafaz yang disampaikan masih tetap valid sebagaimana yang
dikehendaki oleh penuturnya.
2. Fase Perkembangan
Ahmad Amin dalam kitabnya Duha
al-Islam telah menuturkan ada tiga fase yang telah dilalui dalam
pengumpulan bahasa Arab sehingga munculnya kitab mu`jam.
a.
Fase Non sistemik
Fase
pertama ini adalah fase dimana bahasa dikumpulkan atas dasar kesepakatan,
artinya seseorang ulama pergi ke pelosok desa lalu mendengar katakata yang
berkenaan dengan sesuatu seperti tentang hujan, tentang tanaman, dan lain-lain,
kemudian semuanya dicatat sesuai dengan yang didengarnya tanpa urutan tertentu.
b.
Fase Tematik
Fase
kedua ini adalah fase mengumpulkan kata yang berhubungan dengan topik tertentu.
c.
Fase Sistemik
Fase
ketiga ini adalah fase pembuatan al-Mu`jam secara sempurna dengan pola
tersendiri yang sistematis, sehingga orang yang ingin meneliti makna sesuatu
kata dapat melihat kitab tersebut.[7]
Beberapa
pengarang Arab mengakui bahwa Mu`jam `Arabi muncul pertama kalinya pada
abad ke dua Hijriyah. Hal ini antara lain ditandai dengan kehadiran karya
al-Khalil bin Ahmad (w.170 H.). Beliau telah menyusun sebuah kitab yang bernama
Kitab al-`Ayn. Kitab tersebut disusunnya dengan kata-kata yang dimulai oleh
huruf Řą (`Ayn), kemudian setelah abad ke dua
hijriyah baru disusun pula berpuluh-puluh kitab mu`jam dengan susunan yang
bervariasi.
3. Metode al-Khalil dalam kitab al-Ayn
Pada
awalnya, proses pemaknaan kosakata dalam bahasa Arab bermula melalui metode pendengaran
(al-Sima’i), yaitu pengambilan riwayat oleh para ahli bahasa dengan cara
mendengarkan langsung perkataan orang-orang Badui. Kemudian, metode pendengaran
bergeser ke metode analogi (Qiyas), yaitu pemaknaan kata dengan
menggunakan teori-teori tertentu yang dibuat oleh para ahli bahasa. Salah
satunya, metode Qiyas ala al-Khalil yang mengedepankan derivasi kata melalui
teknik khusus yang dikenal dengan Taqlibul Kalimah.
Khalil
berinteraksi dengan 28 huruf hijaiyah sebagai kumpulan dasar (Majmu’ah as-Ashliyah)
yang dari sana dihasilkan setiap percabangan yang terdiri dari dua hingga lima
unsur. Kata-kata dalam bahasa Arab, menurut metode Khalil, adakalanya terdiri
dari dua huruf (Tsuna’i), tiga huruf (Tsulatsi), empat huruf (Ruba’i),
dan lima huruf (Khumasi). Di samping itu, ada huruf tambahan yang bisa
dibuang dan mengembalikkan kata Mazid (yang berimbuhan) kepada kata Mujarrad
(bentuk asli tanpa tambahan). Atas dasar itu, ia mulai menyusun huruf
hijaiyah yang satu dengan yang lain menjadi kata yang terdiri dari dua, tiga,
empat, atau lima huruf dengan memanfaatkan segala kemungkinan yang ada,
misalnya : bada, daba, abada, bada’a, da’aba, dan seterusnya dengan tanpa
melakukan pengulangan. Teknik ini yang disebut dengan Taqlib al-Kalimah.
Menurut
sejarawan, kemungkinan penyusunan huruf ini (mulai dari dua hingga lima huruf)
mencapai 12.305.412 kata atau gabungan huruf. Kemudian Khalil meneliti
kata-kata atau gabungan huruf ini. Jika didapati kata itu digunakan (Musta’mal)
dalam kenyataan semisal dharaba maka kata itu didokumentasikan dan
dibukukan dalam kamus, sedang yang dalam kenyataan tidak digunakan semisal jasyasya,
diabaikan (Muhmal). Hasil kodifikasi Khalil berupa sebuah kamus al-‘Ain yang
merupakan kamus pertama dalam sejarah bahasa Arab.
4. Gambaran Umum Perkembangan Mu’jam
Dalam
perkembangan umumnya, Ust. Emil Badu Yaqub dalam bukunya; al Ma’ajim
al-Lughawiyah al-Arabiyah telah mengkalsifikasikan perkembangan mu’jam dengan
klasifikasi berikut ini.
A.
Masa Pertama, Mu’jam yang
memiliki metode yang sama dengan al’Ayn
1.
Tahdzib al- Lughah Karya Abu
Mansur Muhammad ibn Ahmad bin Azhar al-Harawi (895-981)
2.
Al Baari’ karya Ismail ibn
Qasim bin Harun (901-967 M.)
B.
Masa Kedua Mu’jam yang berdasarkan susunan alfabhet yang
khusus
1.
Al-Jamharah karya Abu Bakar
Muhammad ibn Hasan (838-933 M.)
2.
Al Maqayis karya Ibn Faris
(941-1004 M.)
C.
Masa Ketiga: Mu’jam yang berdasarkan susunan alfabhet yang
berdasarkan Qafiyah
1.
Al- Shihah karya Ismail ibn
Hamad al-Jauhari (...-1003 M)
2.
Lisanul Arab karya Ibn Mandhur
(1232-1311 M)
3.
Al Qomus al Muhit karya Al
Fairuzbudi (1329-1415)
D.
Masa keempat: Mu’jam yang berdasarkan susunan alfabhet yang berdasarkan Huruf
Awal yang asal
1.
Muhit al Muhit karya Al Bustani
(1819-1883 M.)
2.
Al Munjid karya Luis ibn
Naqula (1867-1946 M.)
3.
Al Mu’jam al Wasit karangan
lembaga Bahasa di Mesir (1932 M)
E.
Masa Kelima: Mu’jam
berdasarkan susunan al Nutqi
1.
Al Marja’ karya al-Ilaili
(1914)
C. MODEL-MODEL
MU’JAM / QOMUS
Kamus
secara umum dapat dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan kategori-kategori
berikut:
1. Ditinjau dari segi tema
a.
Kamus Bahasa (al-mu’jam al-Lughawi)
Kamus
bahasa adalah kamus yang meliputi kata-kata atau istilah-istilah kebahasaan dengan
menjelaskan secara bahasa.
b.
Kamus Ensiklopedi (al-Mu’jam al-Mausu’i)
Kamus
ensiklopedi adalah kamus yang tidak hanya menyajikan peristilahan, tetapi juga
dilengkapi dengan konsep dan penjelasan secara luas, misalnya al-‘Arabiyah
al-Muyassarah karya Lembaga Kearaban, Amlaq al-Watd karya Ahmad al-Syarbasyi,
Ensiklopedi Islam Departemen Agama RI dalam bahasa Indonesia, dan Ensiklopedi
Islam karya Abdul Hafizh Anshari dan kawan-kawan dalam bahasa Indonesia.
c.
Kamus Historis (al-Mu’jam al-Tarikhi)
Kamus historis adalah kamus
yang melacak asal dan perkembangan bahasa dari masa ke masa, misalnya kamus Maqayis
al-Lughah karya Ibnu Faris, al-Muhith karya al-Fairuzabadi, Mustadrakat
‘ala al-Ma’ajim al-‘Arabiyah karya al-Namsawi dan A.F. Kremer.
2. Ditinjau dari segi jumlah bahasa yang digunakan
a.
Kamus Ekabahasa (al-Mu’jam al-Uhadi al-Lughah)
Kamus
ekabahasa adalah kamus yang menjelaskan makna atau istilah dalam suatu bahasa
dengan bahasa itu. Denga kata lain kamus ini hanya menggunakan satu bahasa
dalam menjelaskan makna, misalnya al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam karya
Louis Ma’luf dan Lisan al-‘Arab Karya Ibnu Manzhur.
b.
Kamus Dwibahasa (al-Mu’jam al-Tsuna’i al-Lughah)
Kamus
Dwibahasa adalah kamus yang menjelaskan makna kata atau istilah dengan bahasa
lain. Bisa juga dikatakan sebagai kamus yang memberika padanan kata atau
istilah dalam suatu bahasa dengan suatu bahasa lain, misalnya kamus al-munawwir
karya Ahmad Warson Munawwir, Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan karya
al-Khuli, al-Kalali karya As’ad M. Al-Kalali.
c.
Kamus Multibahasa (al-mu’jam al-‘Adid al-Lughah)
Kamus
Multibahasa yaitu kamus yang menjelaskan makna kata-kata atau istilah dalam
suatu bahasa dengan dua bahasa atau lebih, misalnya kamus
Indonesia-Arab-Inggris karya Abdullah bin Nuh dan Omar Bakri, al-Mu’jam al-Falsafi
karya Abd al-Mun’im al-Hifni.
3. Ditinjau dari segi materinya
a.
Kamus Umum (al-Mu’jam al-‘Am)
Kamus
umum adalah kamus yang memuat segala macam kata dalam suatu bahasa, misalnya
al-munawwir karya Ahmad warson Munawwir, al-Munjid fi al-Lughah wa al- A’lam
karya Louis Ma’luf, Kamus Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus.
b.
Kamus Khusus (al-mu’jam al-khash)
Kamus
khusus adalah yaitu kamus yang hanya memuat kata-kata atau istilah-istilah
dalam bidang tertentu, misalnya Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan karya
al-Khuli, Mu’jam Gharib al-Fiqh karya Muhammad Fu’ad “abd al-Baqi, Qamus
‘ilm al-Ijtima’ karya A.Z. Badawi.
4. Ditinjau dari segi susunannya
a.
Kamus Alfabetik (al-mu’jam al-faba’i)
Kamus Alfabetik adalah kamus
yang memuat kata-kata atau istilah-istilah dengan maknanya secara
alfabetik/abjad. Pada umumnya kamus
disusun secara alfabetik dalam menjelaskan makna dari A sampai Z atau dari Alif
sampai ya. Misalnya al-munawwir karya Ahmad Warson
Munawwir, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam karya Louis Ma’luf, Kamus
Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus, Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan
karya al-Khuli, al-Kalali karya As’ad M. Al-Kalali.
b.
Kamus tematik (al-mu’jam al-maudhuu’i)
yaitu kamus yang memuat
penjelasan kata-kata atau istilah-istilah secara lengkap berdasarkan tema
tertentu, misalnya The Cultural Atlas of Islam karya Isma’il Raji al-Faruq
dan Louis Lamya al-Faruqi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh Ilyas Hasan menjadi Atlas Budaya Islam.[9]
PENUTUP
KESIMPULAN
Kehadiran kamus
menjadi sebuah keharusan dalam sebuah bahasa untuk mengembangkan makna,
menghimpun kata, melestarikan bahasa, dan mewariskan peradaban yang dapat
dikembangkan. Kebutuhan untuk kodifikasi bahasa dan hal-hal lain seperti
kebutuhan untuk menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, keinginan untuk menjaga
eksistensi bahasa mereka dalam bentuk bahasa tulis, banyaknya buku-buku tafsir
yang terbit pada masa awal kodifikasi al-Qur’an dan hadits tentang Gharaib (kata-kata
asing), dan kemunculan ilmu-ilmu metodologis pertama dalam Islam menjadi
faktor-faktor kemunculan mu’jam.
DAFTAR PUSTAKA
Al Amin, Duha al-Islam 1956. Kairo: Maktabah al-Nahdhah
al-Khatib, Adnan, 1967. Al-Mu`jam al-`Arabi Bayna al-Madi wa al-Hadir. Kairo: Ma`had al-Buhuth al-Arabiyah.
Ma`luf, Lois, 1973. Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A`lam. Beirut: Dar al-Masyriq
Ya`qub, Emil, 1981. Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah. Beirut: Dar
al-Thaqafah al-Islamiyah
[2] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah, (Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah, 1981) hal. 10.
[4] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah, (Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah, 1981) hal. 13
[5] Adnan al-Khatib, Al-Mu`jam al-`Arabi
Bayna al-Madi wa al-Hadir, Kairo: Ma`had al-Buhuth al-Arabiyah, Cairo, 1967, hal. 49.
[6] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah
al-`Arabiyah, (Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah, 1981) hal. 13
[8] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah
al-`Arabiyah, (Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah, 1981) hal. 195-199
[9] https://yazidhady.wordpress.com/2017/03/30/sejarah-ilmu-mujam/ Diakses pada Hari Minggu 09/12/2018, 07.30 WIB.
pada fase tematik, fase mengumpulkan kata yang berhubungan dengan topik tertentu.contohnya seperti apa ?
ReplyDelete