A.
Sejarah Singkat
Secara lengkap dan terperinci, belum ditemukan urutan
yang mutlak dalam memberikan fakta-fakta sejarah kemunculan dan perkembangan linguistik
terapan dari masa ke masa. Namun, secara singkat, perkembangan linguistik
terapan dapat dilihat dalam poin-poin berikut ini;
1.
Munculnya Istilah Linguistik Terapan
Pada tahun
1948, ada jurnal, yang didirikan di Michigan University dan disebut Pembelajaran
Bahasa. Jurnal ini adalah jurnal pertama yang membawa istilah linguistik
terapan. Itu disebutkan dalam sebuah artikel, yang disebut belajar Bahasa pada
tahun 1967. Namun, linguistik terapan-istilah berarti penerapan linguistik.
Salah satu editor telah menekankan berbagai teori dan metode penelitian yang
digunakan untuk menyelidiki studi bahasa pada tahun 1993. Namun, melakukan hal
ini menghabiskan biaya yang mengabaikan istilah linguistik terapan. Di sini,
editor ingin memberikan interpretasi linguistik terapannya sendiri karena dia
berpikir bahwa pembaca jurnal akan memahami jurnal penelitian dalam studi
bahasa sebagai interpretasi fungsional dari linguistik terapan.
2. Lembaga yang
Mengembangkan Kajian Linguistik Terapan
Dalam awal perkembangannya, ada beberapa lembaga khusus baik akademik
maupun lembaga sosial yang giat mendeklarasikan linguistik terapan:
a) Universitas Edinburgh School of Applied
Linguistics pada tahun 1956.
b) Pusat Linguistik Terapan di Washington D.C.
pada tahun 1957.
c) Asosiasi Linguistik Terapan Inggris. 1967.
3.
Alur Perkembangan Linguistik
Alur perkembangan linguistik secara sederhana dapat dilihat dari alur berikut ini:
a) Istilah linguistik terapan mula dikenali pada
tahun 1948 melalui jurnal di Michigan University
b) Seterusnya pada tahun 1963, Persatuan Linguistik Gunaan ditubuhkan.
c) Pada era 1960-an hingga 1970-an masyarakat
Eropa mula menyedari kepentingan linguistik dalam pendidikan
d) Bidang linguistik semakin berkembang, wujudnya
bidang neurolinguistik, psikolinguistik dan sosiolinguistik.
B.
Linguistik Terapan dan Guru Bahasa
Dari pembahasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa;
a) Linguistik terapan banyak diarahkan pada
penerapan linguistik pada pengajaran bahasa;
b) Linguistik terapan bukan teori, tetapi
penerapan teori (teori linguistik);
c) Linguistik terapan bertujuan untuk
meningkatkan tugas-tugas praktis dengan memusatan perhatian pada bahasa.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa linguistik terapan
merupakan subdisiplin linguistik yang diarahkan untuk tujuan praktis, antara
lain diterapkan dalam pengajaran bahasa. Maka apabila berbicara mengenai
pengajaran bahasa, tentu peranan guru tidak dapat diabaikan. Disadari atau
tidak, banyak faktor yang turut menentukan keberhasilan pengajaran bahasa,
tetapi apapun alasannya peranan guru sangat menentukan.[1]
Oleh sebab itu, perlu ada pembahasa khusus yang membicarakan hubungan
linguistik terapan dengan guru bahasa. Maka, pemakalah akan menyampaikan beberapa poin penting
berikut ini:
1. Perbedaan Tugas Guru Bahasa dan Ahli Bahasa
Tugas utama guru bahasa adalah berusaha agar anak didik
menjadi tuntas dalam belajar bahasa. Tugas guru mengajarkan bahasa, berbeda
dengan ahli bahasa yang mengajarkan teori bahasa, akan tetapi mengajarkan anak
didik terampil dalam menggunakan bahasa.
Tugas guru bahasa dan tugas ahli bahasa sangat berbeda
dan digambarkan melalui dua skema berikut ini;
Pada skema pertama, dapat dipahami bahwa pekerjaan guru
bahasa, adalah mengajarkan bahasa tertentu. Untuk mengajarkan bahasa tertentu,
guru bahasa melaksanakannya melalui pengajaran pokok bahasan tertentu. Untuk
mengajarkan bahan itu, guru bahasa harus mempunyai wawasan linguistik, dalam
hal ini linguistik terapan. Berhubung banyak banyak teori kebahasaan dalam
teori linguistik, maka guru harus pandai memilih teori yang lebih bermakna.
Tujuan pekerjaan itu, yakni anak didik menjadi tuntas dalam belajar bahasa.
Pada skema kedua, dapat dipahami bahwa pekerjaan ahli bahasa, adalah meneliti
bahasa, lalu menganalisisnya, mengambil kesimpulan, dan melaporkan hasil
penelitian itu dalam bentuk perian bahasa. Pekerjaan itu ditujukan untuk
pengembangan teori linguistik, ditujukan untuk kepentingan bahasa tertentu, dan
hasilnya ditujukan kepada ilmuwan atau praktisi kebahasaan, misalnya guru
bahasa.
Apabila dihubungkan dengan pendapat Bell (1987) terdapat
tiga perbedaan antara ahli bahasa dengan guru bahasa. Perbedaan pertama
terdapat pada tujuan: ahli bahasa bertujuan menjelaskan fenomena bahasa yang
bersifat alamiah, sedangkan guru bahasa bertujuan membimbing anak didik agar
tuntas dalam belajar bahasa. Perbedaan kedua menyangkut metode: ahli bahasa
menggunakan metode yang bersifat abstrak dan formal, sedangkan guru bahasa
menggunakan metode yang bersifat fungsional dan praktis. Perbedaan yang ketiga
menyangkut sikap: ahli bahasa bersikap bahwa bahasa yang dihadapi memiliki
sistem, baik dalam bentuk maupun makna, sedangkan guru bahasa bersikap bahwa
bahasa seperangkat keterampilan.[2]
2. Kriteria Guru
Bahasa
Secara garis
besar, kriteria guru bahasa adalah sebagai berikut;
a)
Menguasai semua metode mengajarkan bahasa dan dapat
menerapkan metode itu dalam proses belajar mengajar,
b)
Menguasai bahan yang akan dan sedang diajarkan,
c)
Melaksanakan semua kegiatan sekolah, misalnya
melaksanakan ujian,
d) Menguasai semua jenis dan prosedur penilaian,
e)
Menguasai semua tipe latihan berbahasa,
f)
Menguasai pengelolaan kelas, misalnya dapat mengatasi
keributan,
g)
Menguasai teknik pengajaran individual,
h)
Dapat menentukan dan menguasai silabi pelajaran,
i)
Dapat memanfaatkan media pengajaran,
j)
Menguasai tujuan pengajaran dan aktivitas untuk mencapai
tujuan itu,
k)
Menguasai teknik-teknik pendidikan.[3]
3. Peranan
Linguistik Terhadap Guru Bahasa
Dikaitkan
dengan tugas-tugas guru bahasa yang telah diuraikan di atas, secara ideal
seorang guru bahasa adalah seorang ahli bahasa, peneliti bahasa, dan penulis
bahan pelajaran kebahasaan. Dia juga harus selalu mendalami dan mengikuti perkembangan
ilmu yang diajarkannya. Dari harapan-harapan ideal ini, seorang guru bahasa
harus menguasai linguistik. Dengan demikian seorang guru bahasa dapat
mengajarkan aspek bahasa tertentu sehingga anak didik dengan mudah menguasai
bahan yang diajarkan.
Seorang guru
bahasa seharusnya menguasai linguistik apabila dia ingin menjadi guru yang
baik. Guru harus menguasai fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan
ilmu-ilmu sekerabat dengan linguistik, misalnya sosiolinguistik dan
psikolinguistik. Tentu saja pengetahuan linguistik bagi seorang guru bahasa
lebih bersifat praktis dalam arti membentengi dirinya agar dapat menjelaskan
gejala bahasa yang diajarkannya.
Seorang guru
bahasa tidak boleh hanya mengajarkan kaidah bahasa. Kaidah bahasa dapat
diajarkan untuk menuntun pola penggunaan bahasa ketika anak didik
berkomunikasi. Guru sebaiknya memahami bagaimana agar kaidah bahasa yang
dianalisis berdasarkan konsep linguistik dapat menampakkan diri di dalam
pemakaian bahasa anak didik. Hal itu perlu ditekankan karena guru bahasa tidak
mengajarkan anak didik menjadi ahli bahasa, tetapi berusaha agar anak didik
mahir berbahasa.
Linguistik memiliki beberapa kegunaan bagi seorang guru bahasa. Kegunaan tersebut diantaranya;
(1)
Kegunaan untuk peningkatan mutu profesi,
(2)
Kegunaan secara teoretis,
[2] Aminuddin. Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia:
Pendekatan Ter-padu dan Pendekatan Proses. (Malang: FPBS IKIP Malang 1996) hlm. 63
0 comments:
Post a Comment