Friday, October 12, 2018


A.    Sejarah Singkat
Secara lengkap dan terperinci, belum ditemukan urutan yang mutlak dalam memberikan fakta-fakta sejarah kemunculan dan perkembangan linguistik terapan dari masa ke masa. Namun, secara singkat, perkembangan linguistik terapan dapat dilihat dalam poin-poin berikut ini;
1.        Munculnya Istilah Linguistik Terapan
Pada tahun 1948, ada jurnal, yang didirikan di Michigan University dan disebut Pembelajaran Bahasa. Jurnal ini adalah jurnal pertama yang membawa istilah linguistik terapan. Itu disebutkan dalam sebuah artikel, yang disebut belajar Bahasa pada tahun 1967. Namun, linguistik terapan-istilah berarti penerapan linguistik. Salah satu editor telah menekankan berbagai teori dan metode penelitian yang digunakan untuk menyelidiki studi bahasa pada tahun 1993. Namun, melakukan hal ini menghabiskan biaya yang mengabaikan istilah linguistik terapan. Di sini, editor ingin memberikan interpretasi linguistik terapannya sendiri karena dia berpikir bahwa pembaca jurnal akan memahami jurnal penelitian dalam studi bahasa sebagai interpretasi fungsional dari linguistik terapan.

2.      Lembaga yang Mengembangkan Kajian Linguistik Terapan
Dalam awal perkembangannya, ada beberapa lembaga khusus baik akademik maupun lembaga sosial yang giat mendeklarasikan linguistik terapan:

a)      Universitas Edinburgh School of Applied Linguistics pada tahun 1956.
b)      Pusat Linguistik Terapan di Washington D.C. pada tahun 1957.
c)      Asosiasi Linguistik Terapan Inggris. 1967.

3.      Alur Perkembangan Linguistik

Alur perkembangan linguistik secara sederhana  dapat dilihat dari alur berikut ini:
a)      Istilah linguistik terapan mula dikenali pada tahun 1948 melalui jurnal di Michigan University
b)      Seterusnya pada tahun 1963, Persatuan Linguistik Gunaan ditubuhkan.
c)      Pada era 1960-an hingga 1970-an masyarakat Eropa mula menyedari kepentingan linguistik dalam pendidikan
d)     Bidang linguistik semakin berkembang, wujudnya bidang neurolinguistik, psikolinguistik dan sosiolinguistik.

B.     Linguistik Terapan dan Guru Bahasa
Dari pembahasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa;
a)      Linguistik terapan banyak diarahkan pada penerapan linguistik pada pengajaran bahasa;
b)      Linguistik terapan bukan teori, tetapi penerapan teori (teori linguistik);
c)      Linguistik terapan bertujuan untuk meningkatkan tugas-tugas praktis dengan memusatan perhatian pada bahasa.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa linguistik terapan merupakan subdisiplin linguistik yang diarahkan untuk tujuan praktis, antara lain diterapkan dalam pengajaran bahasa. Maka apabila berbicara mengenai pengajaran bahasa, tentu peranan guru tidak dapat diabaikan. Disadari atau tidak, banyak faktor yang turut menentukan keberhasilan pengajaran bahasa, tetapi apapun alasannya peranan guru sangat menentukan.[1] Oleh sebab itu, perlu ada pembahasa khusus yang membicarakan hubungan linguistik terapan dengan guru bahasa. Maka, pemakalah  akan menyampaikan beberapa poin penting berikut ini:
1.      Perbedaan  Tugas Guru Bahasa  dan Ahli Bahasa
Tugas utama guru bahasa adalah berusaha agar anak didik menjadi tuntas dalam belajar bahasa. Tugas guru mengajarkan bahasa, berbeda dengan ahli bahasa yang mengajarkan teori bahasa, akan tetapi mengajarkan anak didik terampil dalam menggunakan bahasa.
Tugas guru bahasa dan tugas ahli bahasa sangat berbeda dan digambarkan melalui dua skema berikut ini;



Pada skema pertama, dapat dipahami bahwa pekerjaan guru bahasa, adalah mengajarkan bahasa tertentu. Untuk mengajarkan bahasa tertentu, guru bahasa melaksanakannya melalui pengajaran pokok bahasan tertentu. Untuk mengajarkan bahan itu, guru bahasa harus mempunyai wawasan linguistik, dalam hal ini linguistik terapan. Berhubung banyak banyak teori kebahasaan dalam teori linguistik, maka guru harus pandai memilih teori yang lebih bermakna. Tujuan pekerjaan itu, yakni anak didik menjadi tuntas dalam belajar bahasa.


Pada skema kedua, dapat dipahami bahwa  pekerjaan ahli bahasa, adalah meneliti bahasa, lalu menganalisisnya, mengambil kesimpulan, dan melaporkan hasil penelitian itu dalam bentuk perian bahasa. Pekerjaan itu ditujukan untuk pengembangan teori linguistik, ditujukan untuk kepentingan bahasa tertentu, dan hasilnya ditujukan kepada ilmuwan atau praktisi kebahasaan, misalnya guru bahasa.
Apabila dihubungkan dengan pendapat Bell (1987) terdapat tiga perbedaan antara ahli bahasa dengan guru bahasa. Perbedaan pertama terdapat pada tujuan: ahli bahasa bertujuan menjelaskan fenomena bahasa yang bersifat alamiah, sedangkan guru bahasa bertujuan membimbing anak didik agar tuntas dalam belajar bahasa. Perbedaan kedua menyangkut metode: ahli bahasa menggunakan metode yang bersifat abstrak dan formal, sedangkan guru bahasa menggunakan metode yang bersifat fungsional dan praktis. Perbedaan yang ketiga menyangkut sikap: ahli bahasa bersikap bahwa bahasa yang dihadapi memiliki sistem, baik dalam bentuk maupun makna, sedangkan guru bahasa bersikap bahwa bahasa seperangkat keterampilan.[2]
2.    Kriteria Guru Bahasa
Secara garis besar, kriteria guru bahasa adalah sebagai berikut;
a)        Menguasai semua metode mengajarkan bahasa dan dapat menerapkan metode itu dalam proses belajar mengajar,
b)        Menguasai bahan yang akan dan sedang diajarkan,
c)        Melaksanakan semua kegiatan sekolah, misalnya melaksanakan ujian,
d)       Menguasai semua jenis dan prosedur penilaian,
e)        Menguasai semua tipe latihan berbahasa,
f)         Menguasai pengelolaan kelas, misalnya dapat mengatasi keributan,
g)        Menguasai teknik pengajaran individual,
h)        Dapat menentukan dan menguasai silabi pelajaran,
i)          Dapat memanfaatkan media pengajaran,
j)          Menguasai tujuan pengajaran dan aktivitas untuk mencapai tujuan itu,
k)        Menguasai teknik-teknik pendidikan.[3]

3.      Peranan Linguistik Terhadap Guru Bahasa
Dikaitkan dengan tugas-tugas guru bahasa yang telah diuraikan di atas, secara ideal seorang guru bahasa adalah seorang ahli bahasa, peneliti bahasa, dan penulis bahan pelajaran kebahasaan. Dia juga harus selalu mendalami dan mengikuti perkembangan ilmu yang diajarkannya. Dari harapan-harapan ideal ini, seorang guru bahasa harus menguasai linguistik. Dengan demikian seorang guru bahasa dapat mengajarkan aspek bahasa tertentu sehingga anak didik dengan mudah menguasai bahan yang diajarkan.
Seorang guru bahasa seharusnya menguasai linguistik apabila dia ingin menjadi guru yang baik. Guru harus menguasai fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan ilmu-ilmu sekerabat dengan linguistik, misalnya sosiolinguistik dan psikolinguistik. Tentu saja pengetahuan linguistik bagi seorang guru bahasa lebih bersifat praktis dalam arti membentengi dirinya agar dapat menjelaskan gejala bahasa yang diajarkannya.
Seorang guru bahasa tidak boleh hanya mengajarkan kaidah bahasa. Kaidah bahasa dapat diajarkan untuk menuntun pola penggunaan bahasa ketika anak didik berkomunikasi. Guru sebaiknya memahami bagaimana agar kaidah bahasa yang dianalisis berdasarkan konsep linguistik dapat menampakkan diri di dalam pemakaian bahasa anak didik. Hal itu perlu ditekankan karena guru bahasa tidak mengajarkan anak didik menjadi ahli bahasa, tetapi berusaha agar anak didik mahir berbahasa.
Linguistik memiliki beberapa kegunaan bagi seorang guru bahasa. Kegunaan tersebut diantaranya;  
(1)          Kegunaan untuk peningkatan mutu profesi,
(2)          Kegunaan secara teoretis,
(3)          Kegunaan secara praktis.[4]



[1] Ansoer Pateda, Linguistik Terapan (Yogyakarta: Kanisius. 1991) hal 24
[2] Aminuddin. Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia: Pendekatan Ter-padu dan Pendekatan Proses. (Malang: FPBS IKIP Malang 1996) hlm. 63
[3] Ansoer Pateda, Linguistik Terapan (Yogyakarta: Kanisius. 1991) hal 50
[4] Ansoer Pateda, Linguistik Terapan (Yogyakarta: Kanisius. 1991) hal 63

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts