Monday, December 24, 2018



LATAR BELAKANG
Sebuah bahasa, termasuk bahasa Arab, pada awalnya bermula dari bahasa lisan (Lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya, sebelum pada tahun selanjutnya, bahasa itu dimodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (Lughah Kitabah). Asumsi ini diperkuat dengan bukti realististis yang menunjukkan betapa banyak bahasayang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasidalam catatan. Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis-menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka, seperti, bahasa Akkad, atau Babylonia, bahasa Aram, dan sebagainya. Dan salah satu untuk mengatasi hal itu, maka para ahli bahasa mulai menyusun mu’jam atau yang lebih kita kenal dengan kamus

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MU’JAM
1. Mu’jam
Kata al-Mu`jam (المعجم) terambil dari asal kata al-`ujm (العجم) yang secara literal berarti bukan orang Arab atau orang yang tidak fasih berbicara Bahasa Arab, sekalipun ia keturunan Arab.[1] Ibnu Jinni dalam kitabnya Sirr Sina`ati al-I`rab, sebagai yang dikutip Emil Ya`qub, mengatakan bahwa ع ج م (yang menjadi dasar kata mu`jam) dalam kalam Arab dipakai untuk menunjukkan makna al-ibham dan al-ikhfa` yaitu tidak jelas dan menyembunyikan. Ia merupakan antonim (lawa kata) dari al-bayan dan al-ifsah.[2]
Adapun makna al-mu`jam menurut istilah yang digunakan orang Arab adalah suatu kitab yang menghimpun sejumlah mufradat atau kata-kata sesuatu bahasa dan diiringi dengan penjelasannya atau tafsiran maknanya, materi-materinya disusun sedemikian rupa, adakalanya berdasarkan urutan huruf hijaiyah dan adakalanya berdasarkan topik.[3]
2. Hubungan Mu’jam dengan Qomus
Kata-kata qamus sendiri pada dasarnya bermakna al-bahr atau al-bahr al-muhit yaitu laut atau laut yang luas. Para pengarang Arab terdahulu sering menamakan karya mereka di bidang mu’jam dengan nama al-bahr (laut) atau dengan sifat yang dimilikinya seperti al-muhit (yangmeliputi / yang luas). Ibnu `Ibad (938-995 M.) misalnya telah menamai mu`jamnya dengan al-muhit; Ibnu Sa’idah (1007-1066 M.) menamai mu`jamnya dengan al-Muhkam wa al-Muhit al-A`zam, sebagaimana juga al-Shaghani telah menamai mu`jamnya dengan Majma` al-Bahrayn. Lalu muncul Fairozabadi (1329-1415 M.) dengan karya Ensiklopedianya yang diberinya nama dengan Al-Qamus al-Muhit.[4]
Kemudian karena Al Qomus Al Muhit karya Fairozabadi ini disusun dengan sangat apik dan mudah digunakan, dan mencapai 20.000 kosa kata lebih dengan penjelasan yang tidak bertele-tele, serta dilengkapi juga dengan contoh-contoh, sehingga sering dijadikan rujukan oleh ulama-ulama lughoh akhirnya menjadi tenar dan masyhur pada masa itu. Sehingga menimbulkan pergeseran makna qomus yang tadinya hanya mempunyai makna “laut yang dalam” kini juga mempunyai makna segala bentuk kamus kebahasaan.
Oleh karenanya maka tidak mengherankan bila ada yang mengatakan bahwa al-mu`jam identik (searti) dengan kata al-qamus (Indonesia: kamus), bahkan sekarang kata-kata qamus telah lebih populer dari kata-kata mu`jam sendiri, karena banyak pengarang mu`jam yang menamakan karya mu`jam mereka dengan qamus.[5]  
3. Kata lain yang (hampir) semakna
Selain Mu’jam dan Qomus, dikenal pula istilah lain yang maknanya tidak jauh berbeda yaitu al-Mawsu`ah, hanya saja istilah mawsu`ah terlihat memiliki makna yang lebih luas bila dibanding dengan istilah mu`jam dan qamus. Mawsu`ah lebih dapat disebut sebagai Ensiklopedia yang menjelaskan bukan hanya berupa mufradat atau kata,melainkan juga mencakup berbagai peristiwa atau sejarah.  Kemudian ada istilah musrid yang yang dalam Bahasa Indonesia menunjukan arti Indeks atau Glosarium
Semua istilah tersebut mengarah kepada satu pengertian bahwasanya kamus, ensiklopedia, indeks, glosarium adalah kumpulan kosakata yang dilengkapi dengan makna/artinya dan keterangan lain yang bertujuan untuk menjelaskan informasi yang berhubungan dengan kata-kata yang termuat di dalam daftar tersebut.
B. SEJARAH KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGAN MU’JAM
Mu`jam `Arabi dalam perjalanan sejarahnya tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan ia memiliki fase-fase perkembangannya serta adanya beberapa hal atau faktor yang mendorong kemunculannya.
1. Faktor Kelahiran
Adapaun diantara faktor yang mendorong kelahiran mu’jam adalah adanya kebutuhan orang Arab kepada penafsiran lafaz-lafaz Al-Quran serta keinginan mereka untuk memelihara kitab suci tersebut dari kesalahan ucap dan kesalahan memahaminya.[6] Dengan adanya kebutuhan yang demikian itu, maka orang-orang yang mempunyai komitmen tinggi terhadap pengumpulan bahasa Arab yang akan diwujudkan dalam bentuk tulisan telah melakukan penelitian ke tempat-tempat tertentu terutama ke pelosok-pelosok desa yang bahasa mereka dipandang masih belum mengalami perubahan atau percampuran dengan bahasa asing. Dengan demikian, maka makna dari sesuatu lafaz yang disampaikan masih tetap valid sebagaimana yang dikehendaki oleh penuturnya.
2. Fase Perkembangan
Ahmad Amin dalam kitabnya Duha al-Islam telah menuturkan ada tiga fase yang telah dilalui dalam pengumpulan bahasa Arab sehingga munculnya kitab mu`jam.
a.       Fase Non sistemik
Fase pertama ini adalah fase dimana bahasa dikumpulkan atas dasar kesepakatan, artinya seseorang ulama pergi ke pelosok desa lalu mendengar katakata yang berkenaan dengan sesuatu seperti tentang hujan, tentang tanaman, dan lain-lain, kemudian semuanya dicatat sesuai dengan yang didengarnya tanpa urutan tertentu.  
b.      Fase Tematik
Fase kedua ini adalah fase mengumpulkan kata yang berhubungan dengan topik tertentu.
c.       Fase Sistemik
Fase ketiga ini adalah fase pembuatan al-Mu`jam secara sempurna dengan pola tersendiri yang sistematis, sehingga orang yang ingin meneliti makna sesuatu kata dapat melihat kitab tersebut.[7]
Beberapa pengarang Arab mengakui bahwa Mu`jam `Arabi muncul pertama kalinya pada abad ke dua Hijriyah. Hal ini antara lain ditandai dengan kehadiran karya al-Khalil bin Ahmad (w.170 H.). Beliau telah menyusun sebuah kitab yang bernama Kitab al-`Ayn. Kitab tersebut disusunnya dengan kata-kata yang dimulai oleh huruf ع (`Ayn), kemudian setelah abad ke dua hijriyah baru disusun pula berpuluh-puluh kitab mu`jam dengan susunan yang bervariasi.
3. Metode al-Khalil dalam kitab al-Ayn
Pada awalnya, proses pemaknaan kosakata dalam bahasa Arab bermula melalui metode pendengaran (al-Sima’i), yaitu pengambilan riwayat oleh para ahli bahasa dengan cara mendengarkan langsung perkataan orang-orang Badui. Kemudian, metode pendengaran bergeser ke metode analogi (Qiyas), yaitu pemaknaan kata dengan menggunakan teori-teori tertentu yang dibuat oleh para ahli bahasa. Salah satunya, metode Qiyas ala al-Khalil yang mengedepankan derivasi kata melalui teknik khusus yang dikenal dengan Taqlibul Kalimah.
Khalil berinteraksi dengan 28 huruf hijaiyah sebagai kumpulan dasar (Majmu’ah as-Ashliyah) yang dari sana dihasilkan setiap percabangan yang terdiri dari dua hingga lima unsur. Kata-kata dalam bahasa Arab, menurut metode Khalil, adakalanya terdiri dari dua huruf (Tsuna’i), tiga huruf (Tsulatsi), empat huruf (Ruba’i), dan lima huruf (Khumasi). Di samping itu, ada huruf tambahan yang bisa dibuang dan mengembalikkan kata Mazid (yang berimbuhan) kepada kata Mujarrad (bentuk asli tanpa tambahan). Atas dasar itu, ia mulai menyusun huruf hijaiyah yang satu dengan yang lain menjadi kata yang terdiri dari dua, tiga, empat, atau lima huruf dengan memanfaatkan segala kemungkinan yang ada, misalnya : bada, daba, abada, bada’a, da’aba, dan seterusnya dengan tanpa melakukan pengulangan. Teknik ini yang disebut dengan Taqlib al-Kalimah.
Menurut sejarawan, kemungkinan penyusunan huruf ini (mulai dari dua hingga lima huruf) mencapai 12.305.412 kata atau gabungan huruf. Kemudian Khalil meneliti kata-kata atau gabungan huruf ini. Jika didapati kata itu digunakan (Musta’mal) dalam kenyataan semisal dharaba maka kata itu didokumentasikan dan dibukukan dalam kamus, sedang yang dalam kenyataan tidak digunakan semisal jasyasya, diabaikan (Muhmal). Hasil kodifikasi Khalil berupa sebuah kamus al-‘Ain yang merupakan kamus pertama dalam sejarah bahasa Arab.

4. Gambaran Umum Perkembangan Mu’jam
Dalam perkembangan umumnya, Ust. Emil Badu Yaqub dalam bukunya; al Ma’ajim al-Lughawiyah al-Arabiyah telah mengkalsifikasikan perkembangan mu’jam dengan klasifikasi berikut ini.
A.    Masa Pertama, Mu’jam yang memiliki metode yang sama dengan al’Ayn
1.      Tahdzib al- Lughah Karya Abu Mansur Muhammad ibn Ahmad bin Azhar al-Harawi (895-981)
2.      Al Baari’ karya Ismail ibn Qasim bin Harun (901-967 M.)

B.     Masa Kedua Mu’jam  yang berdasarkan susunan alfabhet yang khusus
1.      Al-Jamharah karya Abu Bakar Muhammad ibn Hasan (838-933 M.)
2.      Al Maqayis karya Ibn Faris (941-1004 M.)

C.     Masa Ketiga: Mu’jam  yang berdasarkan susunan alfabhet yang berdasarkan Qafiyah
1.      Al- Shihah karya Ismail ibn Hamad al-Jauhari (...-1003 M)
2.      Lisanul Arab karya Ibn Mandhur (1232-1311 M)
3.      Al Qomus al Muhit karya Al Fairuzbudi (1329-1415)

D.    Masa keempat:  Mu’jam  yang berdasarkan susunan alfabhet yang berdasarkan Huruf Awal yang asal
1.      Muhit al Muhit karya Al Bustani (1819-1883 M.)
2.      Al Munjid karya Luis ibn Naqula (1867-1946 M.)
3.      Al Mu’jam al Wasit karangan lembaga Bahasa di Mesir (1932 M)

E.     Masa Kelima: Mu’jam berdasarkan susunan al Nutqi
1.      Al Marja’ karya al-Ilaili (1914)
2.      Al Raid karya Jibran Mas’ud (1930)[8]


C. MODEL-MODEL MU’JAM / QOMUS
Kamus secara umum dapat dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan kategori-kategori berikut:         
1. Ditinjau dari segi tema
a.       Kamus Bahasa (al-mu’jam al-Lughawi)
Kamus bahasa adalah kamus yang meliputi kata-kata atau istilah-istilah kebahasaan dengan menjelaskan secara bahasa.
b.      Kamus Ensiklopedi (al-Mu’jam al-Mausu’i)
Kamus ensiklopedi adalah kamus yang tidak hanya menyajikan peristilahan, tetapi juga dilengkapi dengan konsep dan penjelasan secara luas, misalnya al-‘Arabiyah al-Muyassarah karya Lembaga Kearaban, Amlaq al-Watd karya Ahmad al-Syarbasyi, Ensiklopedi Islam Departemen Agama RI dalam bahasa Indonesia, dan Ensiklopedi Islam karya Abdul Hafizh Anshari dan kawan-kawan dalam bahasa Indonesia.
c.       Kamus Historis (al-Mu’jam al-Tarikhi)
Kamus historis adalah kamus yang melacak asal dan perkembangan bahasa dari masa ke masa, misalnya kamus Maqayis al-Lughah karya Ibnu Faris, al-Muhith karya al-Fairuzabadi, Mustadrakat ‘ala al-Ma’ajim al-‘Arabiyah karya al-Namsawi dan A.F. Kremer.

2. Ditinjau dari segi jumlah bahasa yang digunakan

a.       Kamus Ekabahasa (al-Mu’jam al-Uhadi al-Lughah)
Kamus ekabahasa adalah kamus yang menjelaskan makna atau istilah dalam suatu bahasa dengan bahasa itu. Denga kata lain kamus ini hanya menggunakan satu bahasa dalam menjelaskan makna, misalnya al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam karya Louis Ma’luf dan Lisan al-‘Arab Karya Ibnu Manzhur.
b.      Kamus Dwibahasa (al-Mu’jam al-Tsuna’i al-Lughah)
Kamus Dwibahasa adalah kamus yang menjelaskan makna kata atau istilah dengan bahasa lain. Bisa juga dikatakan sebagai kamus yang memberika padanan kata atau istilah dalam suatu bahasa dengan suatu bahasa lain, misalnya kamus al-munawwir karya Ahmad Warson Munawwir, Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan karya al-Khuli, al-Kalali karya As’ad M. Al-Kalali.
c.       Kamus Multibahasa (al-mu’jam al-‘Adid al-Lughah)
Kamus Multibahasa yaitu kamus yang menjelaskan makna kata-kata atau istilah dalam suatu bahasa dengan dua bahasa atau lebih, misalnya kamus Indonesia-Arab-Inggris karya Abdullah bin Nuh dan Omar Bakri, al-Mu’jam al-Falsafi karya Abd al-Mun’im al-Hifni.
3. Ditinjau dari segi materinya
a.       Kamus Umum (al-Mu’jam al-‘Am)
Kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam kata dalam suatu bahasa, misalnya al-munawwir karya Ahmad warson Munawwir, al-Munjid fi al-Lughah wa al- A’lam karya Louis Ma’luf, Kamus Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus.
b.      Kamus Khusus (al-mu’jam al-khash)
Kamus khusus adalah yaitu kamus yang hanya memuat kata-kata atau istilah-istilah dalam bidang tertentu, misalnya Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan karya al-Khuli, Mu’jam Gharib al-Fiqh karya Muhammad Fu’ad “abd al-Baqi, Qamus ‘ilm al-Ijtima’ karya A.Z. Badawi.

4. Ditinjau dari segi susunannya
a.       Kamus Alfabetik (al-mu’jam al-faba’i)
Kamus Alfabetik adalah kamus yang memuat kata-kata atau istilah-istilah dengan maknanya secara alfabetik/abjad. Pada umumnya kamus disusun secara alfabetik dalam menjelaskan makna dari A sampai Z atau dari Alif sampai ya. Misalnya al-munawwir karya Ahmad Warson Munawwir, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam karya Louis Ma’luf, Kamus Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus, Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan karya al-Khuli, al-Kalali karya As’ad M. Al-Kalali.
b.      Kamus tematik (al-mu’jam al-maudhuu’i)
yaitu kamus yang memuat penjelasan kata-kata atau istilah-istilah secara lengkap berdasarkan tema tertentu, misalnya The Cultural Atlas of Islam karya Isma’il Raji al-Faruq dan Louis Lamya al-Faruqi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ilyas Hasan menjadi Atlas Budaya Islam.[9]


 PENUTUP
KESIMPULAN
Kehadiran kamus menjadi sebuah keharusan dalam sebuah bahasa untuk mengembangkan makna, menghimpun kata, melestarikan bahasa, dan mewariskan peradaban yang dapat dikembangkan. Kebutuhan untuk kodifikasi bahasa dan hal-hal lain seperti kebutuhan untuk menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, keinginan untuk menjaga eksistensi bahasa mereka dalam bentuk bahasa tulis, banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi al-Qur’an dan hadits tentang Gharaib (kata-kata asing), dan kemunculan ilmu-ilmu metodologis pertama dalam Islam menjadi faktor-faktor kemunculan mu’jam.
DAFTAR PUSTAKA
                     
              Al Amin, Duha al-Islam 1956. Kairo: Maktabah al-Nahdhah
              al-Khatib, Adnan, 1967. Al-Mu`jam al-`Arabi Bayna al-Madi wa al-Hadir. Kairo: Ma`had al-Buhuth al-Arabiyah.
              Ma`luf, Lois, 1973. Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A`lam. Beirut: Dar al-Masyriq
              Ya`qub, Emil, 1981. Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah.  Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah


[1] Lois Ma`luf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A`lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1973),hal. 489
[2] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah, (Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah, 1981) hal. 10.
[3] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah, hal. 09
[4] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah, (Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah, 1981) hal. 13
[5] Adnan al-Khatib, Al-Mu`jam al-`Arabi Bayna al-Madi wa al-Hadir, Kairo: Ma`had al-Buhuth al-Arabiyah, Cairo, 1967, hal. 49.
[6] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah, (Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah, 1981) hal. 13
[7] Amin, Duha al-Islam, Juz 2, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah, 1956) hal. 263-266
[8] Emil Ya`qub, Al-Ma`ajim al-Lughawiyah al-`Arabiyah, (Beirut: Dar al-Thaqafah al-Islamiyah, 1981) hal. 195-199
[9] https://yazidhady.wordpress.com/2017/03/30/sejarah-ilmu-mujam/ Diakses pada Hari Minggu 09/12/2018,  07.30 WIB.

Popular Posts