Tuesday, February 27, 2018






PENDAHULUAN




Latar Belakang
            Setidaknya, tujuan utama dalam berbahasa adalah untuk menangkap dan memahami makna yang disampaikan. Memahami kemudian berinteraksi dengan bertukar makna bahasa adalah sebuah aktivitas yang lumrah dilakukan oleh setiap orang di setiap waktu dan di daerah manapun. Oleh karenanya tak bisa dipungkiri bahwa kesalahan dalam berbahasa, khususnya kesalahan dalam menangkap sebuah makna dari suatu bahasa harus dihindari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
            Diantara cabang ilmu yang membahas proses dan segala hal yang bersangkutpaut dengan makna adalah semantik atau dalam Bahasa Arab disebut dengan Ilmu al Dilalah. Dan salah satu alat bantu untuk mengungkap makna suatu bahasa adalah kamus atau dalam Bahasa Arab disebut dengan Ma’ajim.
            Untuk memperjelas hal itu, makalah ini mencoba hadir guna memberikan sebuah pembenaran tentang pengaruh penting semantik dan kamus dalam mengungkap suatu makna dalam sebuah bahasa.

PEMBAHASAN

A. Pengertian kata signifikansi
            Kata siginifikan merupakan serapan dari bahasa inggris  yakni kata significant yang berarti sebuah persoalan yang penting. Juga, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, signifikan dapat didefinisikan sebagai penting atau berarti. Penambahan imbuhan si pada akhir kata signifikan menjadi signifikansi merupakan penghilangan kalimat sifat dan menjadi kalimat keterangan sehingga memiliki arti  kepentingan atau urgensi. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa materi singkat dalam makalah ini akan membahas tentang alasan-alasan pentingnya semantik dan pentingnya kamus dalam menunjang proses memahami makna dalam sebuah bahasa.

B. Signifikansi Ilmu al Dilalah
            Ilmu al dilalah dalam bahasa Indonesia disebut dengan semantik, dan pengertian sederhananya adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalan bahasa[1]. Dalam memahami pentingnya kajian semantik dalam proses berbahasa, setidaknya dapat dilihat dari 3 tolak ukur berikut ini yang mana jika ada kesalahan semantik dalam tiga cakupan ini maka akan mengakibatkan kegagalan dalam sebuah proses berbahasa.

1. Posisi Semantik dalam Linguistik


            Semantik memiliki kedudukan yang cukup penting dalam ilmu linguistik, dimana semantik dapat mengumpulkan unsur-unsur penting lain dalam ilmu lingustik seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam satu kesatuan dan tujuan tertentu yakni sampainya pesan yang ingin disampaikan.[2] Karena sebenarnya, bahasa dalam bentuk struktur sintaksis dan morfologis pada satu sisi dan struktur bunyi (fonologi) pada sisi yang lain hanyalah merupakan aspek atau sarana untuk menyampaikan segala aspek kemaknaan (semantik) yang hendak disampaikan oleh seorang penutur.[3]
Jadi, dalam runtun proses berbahasa, semantik berada pada titik paling awal dan paling akhir, dan fonologi, morfologi serta sintaksis berada diantara keduanya. Alurnya bisa digambarkan seperti ilustrasi berikut ini ;
Semantik – (morfologi, sintaksis, tata bahasa) – fonologi - (morfologi, sintaksis, tata bahasa)- Semantik.[4]

2. Semantik sebagai penunjang cabang ilmu lain
            Tidak semata sebagai bagian dari linguistik, semantik juga memiliki peran yang cukup penting dalam beberapa cabang ilmu yang berhubungan dengan makna sebuah bahasa, seperti ilmu mantik (logika), filsafat, psikologi, antropologi, dan sosiologi. Sehingga sudah seyogyanya pemahaman dan penguasaan tentang semantik memiliki peran penting terhadap para ahli mantik, para filsuf, psikolog dan sosiolog. [5] Oleh karenanya semantik juga memiliki nama lain seperti sematologi, semologi, semasiologi, dan dirasatul ma’naa.[6]

3. Cakupan Semantik dalam memproses sebuah makna
            Dalam memproses dalam memproses sebuah makna bahasa, semantik setidaknya memiliki 4 jenis cakupan makna yakni, makna linguistik, makna proposisi, makna pragmatik dan makna kontekstual.[7]
            Makna Linguistik
            Yakni cakupan makna leksikal dan struktural sebuah bahasa dan merupakan tahap awal dan tahap dasar pemahaman akan makna bahasa. Seperti perbedaan antara kalimat tanya, kalimat berita, dan kalimat perintah.
            Makna Proposisi
            Yakni cakupan yang mencakup kelogisan dan keempirisan sebuah makna sehingga akan timbul pertanyaan benar atau tidaknya makna tersebut.
            Makna Pragmatik
            Yakni cakupan makna yang mengandung makna tertentu yang berbeda dari yang diungkapkan dalam bahasa. Seperti penggunaan kalimat tanya untuk pernyataan, kalimat pujian untuk sindiran, dan lain sebagainya.
            Makna kontekstual
            Yakni cakupan makna yang berkaitan dengan konteks keluarnya sebuah bahasa tersebut, baik dari konteks tempat, waktu, dan sebagainya. Sehingga sebuah kata akan memiliki kesan ambigu jika tidak dihubungkan dengan konteks waktu atau tempat dimana kata-kata tersebut diucapakan.

            Dari tiga cakupan diatas setidaknya dapat disimpulkan bahwa semantik memiliki banyak manfaat baik dalam segi pembelajaran umum maupun dari segi penyampaian informasi. Dan hal itulah dintara alasan yang menunjukan betapa pentingnya semantik.

C. Signifikansi Kamus (Ma’ajim)

            Setiap bahasa di berbagai negara pasti memiliki kosa kata yang berbeda dan memiliki pemakaian dan fungsi yang berbeda juga. Dikatakan bahwa Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki kosa kata yang cukup banyak dibandingkan dengan bahasa lainnya. Di samping itu Bahasa Arab adalah bahasa Isytiqaq dimana satu kosa kata bisa berubah menjadi kosa kata yang lain tapi dalam jumlah huruf yang sama dan masih satu kata. Bahasa Arab juga merupakan bahasa I’rab dimana memiliki makna yang berbeda jika ada perbedaan pada baris atau pada huruf meskipun hanya berjumlah satu huruf saja.[8]

            Dengan landasan itu, penggunaan kamus  dalam mencerna dan memahami setiap bahasa di dunia khususnya Bahasa Arab menjadi sangat penting untuk mendalami dan mempelajari kosa kata suatu bahasa.

            Alasan lain mengapa penguasaan kamus Arab khususnya sangatlah penting adalah karena fungsi kamus yang sangat bermanfaat yakni :
1. Menjelaskan makna kata-kata yang berbeda
Seperti kata الجدّ yang mana memiliki arti yang berbeda, ketika harakat pada huruf “ja’ nya dibaca berbeda-beda. Ketika dibaca kasrah jadi al jiddu memiliki arti “serius atau sungguh-sungguh”. Ketika dibaca fathah jadi al Jaddu, memiliki arti Kakek. Dan Ketika dibaca al Juddu maka memiliki arti sumur.
2. Mengeja kata secara benar
3. Melafalkan kata secara benar
4. Menelusuri asal-usul kata
5. Membedakan kata yang masih digunakan dan yang sudah ditinggalkan
6. Mengetahui kesalahan yang muncul dari kata dan antonimnya
7. Memberikan contoh penggunaan kata-kata secara tepat dan benar.
8. Memberikan Informasi ensiklopedis[9]

PENUTUP
Kesimpulan
            Dalam proses memproduksi makna, semantic dan kamus, atau Ilma al Dilalah dan Ma’ajim merupakan komponen yang sangat penting. Kamus mampu mengungkap makna leksikal dan struktural, dan semantic memapu menangkap makna makan baik leksikal, struktural maupun kontekstual.
            Dari pembahasan singkat ini dapat dijelaskan bahwa tujuan dasar dari berbahasa adalah menyampaikan sebuah pesan dan memastikannya sampai. Linguistik sebagai ilmu bahasa mewadahi itu, denga semantic yang nerupakan puncak dari produksi makna. Oleh karenanya pembahasan dan pemahaman terhadap semantik sangatlah penting dalam kegiatan berbahasa.
Daftar Pustaka

            Fathullah Ahmad Sulaiman, madkhal ilaa ilmi al-lughah, Kairo : Maktabatul adab, 1991
            M. Syarif Hidayatullah, cakrawala linguistic arab, Jakarta: Kompas Gramedia, 2017
            Moh. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, Jakarta; Prenadamedia, 2016
            J.D. Parera,  Teori Semantik, Jakarta: Erlangga,2004
            Salim Sulaiman al-Khammasy, al mu’jam wa ilmu al-dilalah, Makkah: muwqi lisanul arab, 1428 H.
           


                [1] al-Khammasy, Salim Sulaiman, al mu’jam wa ilmu al-dilalah (Makkah : muwqi lisanul arab, 1428 H.) hal 03
                [2] Sulaiman, Fathullah Ahmad, madkhal ilaa ilmi al-lughah ( Kairo : Maktabatul adab, 1991) hal 05
                [3] Parera, J.D, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga,2004) hal 02
                [4] Parera, J.D, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga,2004) hal 02
                [5] Sulaiman, Fathullah Ahmad, madkhal ilaa ilmi al-lughah ( Kairo : Maktabatul adab, 1991) hal 07
                [6] Matsna, Moh. Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer (Jakarta ; Prenadamedia, 2016) hal 04
                [7] Parera, J.D, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga,2004) hal 04
                [8] Dikutip dari penjelasan al Ustaz al Habib Ali Hasan al Bahar dalam penyampaian mata kuliah Al Tarjamah
                [9] Hidayatullah, M. Syarif, cakrawala linguistic arab (Jakarta: Kompas Gramedia, 2017) hal 93

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts