Proses perkembangan kanon sastra di Maroko sangatlah berkaitan
dengan kebangkitan nasional, bahkan karya-karya sastra yang muncul pun tidak
bisa dipisahkan dari gerakan nasionalis dan gerakan anti kolonial. Upaya awal
dan pemicu gerakan nasionalis di Maroko ini dimulai dengan “Berber Dahir” pada
tahun 1930.
Beberapa tahun kemuadian, Abdallah al-Kannun untuk
yang pertama kalinya menyusun seluruh sejarah sastra Arab di Maroko dalam
karyannya al-Nubugh al-Maghrib, fi’l
adab al ‘arabi. (Genius Maroko dalam Sastra Arab). [1]
Dengan tujuan untuk menarik perhatian pada tradisi sastra Arab yang panjang
juga berlanjut di Maroko dan untuk menggarisbawahi kontribusi rakyatnya
terhadap sastra Arab klasik dan warisan Islam.
Karya ini merupakan kontribusi pertama kanon sastra nasional yang
terisnpiirasi dari khutbah terkenal Thariq ibn Ziyad, sang penakluk Andalus. Yang kemudian buku ini
merupakan reaksi patriotik terhadap praktik kolonial dalam bidang studi sastra.
Meskipun sebenarnya, karya dengan tujuan macam
serupa telah lebih dahulu muncul pada tahun 1929, yang ditulis oleh Muhammad
ibnul Abbas dan Al Qabaj dengan judul antologi penyair arab Maroko.[2]
Kedua karya tersebut bertujuan menyoroti usaha Maroko dalam
menekankan keberadaan tradisi yang panjang dalam melawan kebijakan kolonial
secara simbolis. Meskipun kedua karya ini sempat dilarang beredar oleh otoriter
perancis saat itu.
Kemudian pada tahun 1964 Kanuun kembali menerbitkan al adab al Maghribi al hadith, sebagai
monograf pertama yang mengatur katalog genre dan penulis, bersama dengan puisi,
cerpen, artikel dan novel sebagai modalitas artistik yang menjadi ciri khas
baru.
Hingga Akhirnya, para kritikus dan sejarawan sastra terus membuat
kanon sastra untuk setiap genre, hingga semakin berkembang seperti sekarang.
Hal yang bisa disimpulan dari perjalanan singkat diatas adalah
bahwa ide sastra nasional, serta identitas
nasional secara umum, didefinisikan dan didefinisikan ulang dalam titik-titik
sejarah tertentu oleh Negara-Bangsa modern, dengan mudah bergeser dari menjadi
konseptualisasi menjadi kebiasaan, tradisi, bahkan lembaga yang mapan[3]
[1]
Abdallah Kannun, al-Nubugh al-maghribi fi ’l-adab al-‘arabi, (Tetouan: al-Matba’ah al-Mahdiyyah, 1938.) Cet. 1
[2]
M. b. al-‘Abbas
al-Qabbaj, al-Adab al-‘arabh fi ’l-Maghrib al-aqsa’,
(Rabat: al-Maktabah al-Maghribiyyah, 1929.)
[3]
Claudio Guillén, “Mundos en formación: los comienzos de las literaturas
nacionales”. (Barcelona: Tusquets, (1998) Hlm.299
0 comments:
Post a Comment