Saturday, February 2, 2019


Proses perkembangan kanon sastra di Maroko sangatlah berkaitan dengan kebangkitan nasional, bahkan karya-karya sastra yang muncul pun tidak bisa dipisahkan dari gerakan nasionalis dan gerakan anti kolonial. Upaya awal dan pemicu gerakan nasionalis di Maroko ini dimulai dengan “Berber Dahir” pada tahun 1930.

Beberapa tahun kemuadian, Abdallah al-Kannun untuk yang pertama kalinya menyusun seluruh sejarah sastra Arab di Maroko dalam karyannya  al-Nubugh al-Maghrib, fi’l adab al ‘arabi. (Genius Maroko dalam Sastra Arab). [1] Dengan tujuan untuk menarik perhatian pada tradisi sastra Arab yang panjang juga berlanjut di Maroko dan untuk menggarisbawahi kontribusi rakyatnya terhadap sastra Arab klasik dan warisan Islam.

Karya ini merupakan kontribusi  pertama kanon sastra nasional yang terisnpiirasi dari khutbah terkenal Thariq ibn Ziyad, sang  penakluk Andalus. Yang kemudian buku ini merupakan reaksi patriotik terhadap praktik kolonial dalam bidang studi sastra.

Meskipun sebenarnya, karya dengan tujuan macam serupa telah lebih dahulu muncul pada tahun 1929, yang ditulis oleh Muhammad ibnul Abbas dan Al Qabaj dengan judul antologi penyair arab Maroko.[2]

Kedua karya tersebut bertujuan menyoroti usaha Maroko dalam menekankan keberadaan tradisi yang panjang dalam melawan kebijakan kolonial secara simbolis. Meskipun kedua karya ini sempat dilarang beredar oleh otoriter perancis saat itu.

Kemudian pada tahun 1964 Kanuun kembali menerbitkan  al adab al Maghribi al hadith, sebagai monograf pertama yang mengatur katalog genre dan penulis, bersama dengan puisi, cerpen, artikel dan novel sebagai modalitas artistik yang menjadi ciri khas baru.

Hingga Akhirnya, para kritikus dan sejarawan sastra terus membuat kanon sastra untuk setiap genre, hingga semakin berkembang seperti sekarang.

Hal yang bisa disimpulan dari perjalanan singkat diatas adalah bahwa ide sastra nasional, serta identitas nasional secara umum, didefinisikan dan didefinisikan ulang dalam titik-titik sejarah tertentu oleh Negara-Bangsa modern, dengan mudah bergeser dari menjadi konseptualisasi menjadi kebiasaan, tradisi, bahkan lembaga yang mapan[3]




[1] Abdallah Kannun, al-Nubugh al-maghribi fi ’l-adab al-arabi, (Tetouan: al-Matbaah al-Mahdiyyah, 1938.) Cet. 1
[2] M. b. al-Abbas al-Qabbaj, al-Adab al-arabh fi ’l-Maghrib al-aqsa’, (Rabat: al-Maktabah al-Maghribiyyah, 1929.)
[3] Claudio Guillén, “Mundos en formación: los comienzos de las literaturas nacionales”. (Barcelona: Tusquets, (1998) Hlm.299

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts