Saturday, March 17, 2018




A.   Pengertian Psikologi

Banyak pengertian psikologi yang dikemukakan para ahli yang masing-masing menekankan kepada sudut pandang tersendiri. Perbedaan ini terjadi disebabkan metode maupun pendekatan yang digunakan para ahli tersebut berbeda-beda dalam melihat permasalahan dari psikologi itu sendiri. Berikut definisi psikologi dari beberapa tokoh:

1.    Wilhelm Wundt, psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesadaran manusia.

2.    Woodworth and Marquis, psikologi adalah tingkah lagu manusia yang terlihat maupun yang tidak terlihat meliputi aktifitas fisik, emosional, dan pikiran.

3.    Fieldman, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku dan proses metal.

4.    Kamus Psikologi (Chaplin), psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan adalah ilmu mengenai tingkah laku manusia dan binatang; studi mengenai organisme dalam segala variasi dan kompleksitasnya, untuk mereaksi terhadap perubahan yang terus menerus dan aliran dari kejadian-kejadian fisik dan peristiwa-peristiwa sosial yang menyusun lingkungannya.[1]

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas gejala-gejala dan aktifitas-aktifitas kejiwaan manusia yang berwujud tingkah laku, baik tingkah laku yang terlihat dan tersembunyi pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam lingkungan.[2]

B.   Faktor- faktor Psikologi dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan penemuan penelitian ditemukan bahwa pada umumnya siswa memiliki prestasi belajar yang cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa berada pada kategori cukup sehingga sangat perlu dilakukan pembinaan dari berbagai aspek karena banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagaimana pendapat Djali (2007:128) bahwa: Keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti pelajaran disekolah dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1.    Faktor internal, dari siswa meliputi intelegensi, bakat, minat, motivasi, serta sikap.

2.    Faktor Eksternal yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan fisik, sarana dan prasarana, lingkungan sosial, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.[3]

1.  Faktor internal

a.   Intelegensi

Intelegensi adalah kamampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. Orang berfikir menggunakan pikiran (intelek)-nya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan intelegensinya. Dilihat dari intelegensinya, kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, paidai sekali/cerdas (genius) atau pandir/dungu (idiot).[4]
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Beberapa ciri yang berhubungan dengan tingkat intelegensi serta pengaruhnya terhadap proses belajar (Nana SY.S dan M. Surya.1975).
a)   Idiot IQ:0-29, idiot merupakan kelompok individu yang terbelakang yang paling rendah, biasanya tidak bisa berbicara, tidak dapat mengurus diri sendiri rata-rata pengembangan intelegensinya setara dengan anak normal 2 tahun.
b)   Imbecile IQ: 30-40 kelompok imbelcile tingkatan lebih tinggi dari idiot. Dapat belajar bahasa, dapat mengurus diri tetapi dalam pengawasan, dalam kehidupanya selalu tergantung pada orang lain, kecerdasaanya hampir sama dengan anak normal 3-7 tahun. Pendidikanaya bukan disekolah biasa.
c)   Moron atau debil IQ: 50-69, kelompok ini tingkat dapat belajar membaca, menulis dan menghitung, akan tetapi kebanyakan anak debil bersekolah di sekolah luar biasa.
d)   Kelompok bodoh IQ: 70-79 kelompok ini diatas kelompok terbelakang dan dibawah kelomopok normal. Individu tersebut dapat melanjutkan sekolah tingkat pertama tetapi sukar untuk melanjutkan tingkat yang lebih tinggi.
e)   Normal rendah IQ; 80-89 kelomok ini termasuk kelompok normal akan tetapi mereka agak lamban dalam belajar. Mampu menyelesaikan tingkat pertama, tetapi akan sukar menuntaskan tingkat SLATA.
f)    Normal sedang IQ: 90-109 kelomopok ini termasuk normal, mereka merupakan kelompok terbesar presentasinya dalam populasi penduduk.
g)    Normal tinggi IQ: 109-119 kelompok ini termasuk kelompok normal tetapi tingkat tinggi.
h)   Cerdas (superior) IQ: 120-129 kelompok ini sangat berhasil dalam belajar, mereka seringkali terdapat dikelas biasa, biasanya pemimpin berasal dari kalangan ini.
i)     Sangat cerdas (gifted) IQ: 130-139 kelompok ini lebih cakap dalam mambaca, pengetahuan bilangan sangat baik, perbendaharan kata yang luas, memahami pengertian abstarak. Pada umumnya, faktor kesehatan, kekuatan dan ketangkasan lebih menonjol.
j)     Genius IQ: 140 ke atas kelompok ini kemamapauanya sanagat luar biasa. Mampu memecahakan masalah dan menemukan sesuatu yang baru. Kelompok ini ada dikalangan semua ras dan bangsa.  Contohnya: Edison dan Einstien.[5]
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
b.    Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu

Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.[6]

c.     Minat

Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.[7]
d.    Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalal diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Sedangkan motivasi dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen, dalam Hayinah (1992)yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:

1)   Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas.
2)   Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
3)    Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
4)   Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna baginya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.[8]

e.     Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negative.
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.

f.      Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
1)   Belajar pada akhir semester
2)   Belajar tidak teratur
3)   Menyia - nyiakan kesempatan belajar
4)   Bersekolah hanya untuk bergengsi
5)   Dating terlambat bergaya seperti pemimpin
6)   Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain
7)   Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.

Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

2.    Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.

a.     Lingkungan sosial

Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, peraktk pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

a)   Lingkungan sosial sekolah
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.


b)   Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c)   Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b.    Lingkungan non sosial

a)   Lingkungan alamiah
Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.

b)   Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.

c)   Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.         


[1] http://nurukomisa.wordpress.com
[2] Ibid.
[3] Dessy Mulyani, Hubungan Kesiapan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar, Vol.2.no.1, Januari 2013, 30.
[4] Ngalim Purwanto, 1995, Psikologi Pendidikan, Bandung: Ramadja Karya, hal: 54.
[5] Syamsu Yusuf, 2010, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hal 111
[6] http://aghoestmoemet.blogspot.co.id
[7] https://ekosuprapto.wordpress.com
[8] http://aghoestmoemet.blogspot.co.id

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts