Sunday, March 18, 2018




Problematika adalah unit-unit dan pola-pola yang menunjukan perbedaan struktur antar satu bahasa dengan bahasa lain. Problematika dalam pembelajaran bahasa arab merupakan suatu faktor yang bisa menghalangi dan memperlambat pelaksanaan proses belajar mengajar dalam bidang studi bahasa Arab. Problematika muncul dari dalam bahasa Arab itu sendiri (problematika linguistik) dan non linguistik atau dikalangan pengajar (guru) dan peserta didik itu sendiri.[1]

Pengetahuan guru tentang kedua problem itu sangat penting agar ia dapat meminimalisasi problem dan mencari solusinya yang tepat sehingga pembelajaran bahasa Arab dalam batas minimal dapat tercapai dengan baik. Sikap mengeluh tanpa mencari jalan keluar adalah hal utopis.[2]

1.       Problematika Linguistik

Problematika linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik bahasa arab itu sendiri sebagai bahasa asing. Problematika yang datang dari pengajar adalah kurangnya profesionalisme dalam mengajar dan keterbatasannya komponen-komponen yang akan terlaksananya proses pembelajaran bahasa Arab baik dari segi tujuan, bahan pelajaran (materi), kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan alat evaluasi.[3]

Sedangkan problematika yang muncul dari siswa dalam belajar bahasa Arab adalah pengalaman dasar latar belakang sekolah, penguasaan mufrodat (pembendaharaan kata) dan akibat faktor lingkungan keluarga akibatnya mereka mengalami kesulitan untuk memahami bacaan-bacaan serta tidak mampu menguasai bahasa Arab secara utuh baik dala gramatika maupun komunikasinya.

Problematika linguistik itu diantaranya:

a)      Tata bunyi/Phonetik

                Tata bunyi/Phonetik dalam bahasa Arab ini memiliki sifat yang berbeda dan bermacam dalam cara pengucapannya, masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri seperti tata bunyi huruf halqiyah/tenggorokan, sifat bunyi antara dua mulut, tata bunyi ke hidung, tata bunyi huruf yang berdekatan dalam cara pengucapannya, dan tata bunyi lainya yang menjadikan susah dalam pengucapannya.[4]

Dan termasuk problematika Tata bunyi ini diantaranya: bahwa beberapa fonem Indonesia tidak ada padannnya dalam bahasa Arab, seperti bunyi P,G, dan NG, sehingga bunyi P diucapkan orang Arab dengan bunyi B, seperti kata jepang : G menjadi Ghin atau Jim, Garut menjadi jarut, bandung menjadi bandunj

Aspek bunyi sebagai dasar untuk mencapai kemahiran menyimak dan berbicara kurang mendapat perhatian. Hal ini disebabkan pertama, tujuan pembelajaran bahasa arab hanya diarahkan agar pelajar mampu memahami bahasa tulisan yang terdapat dalam buku-buku berbahasa Arab. Kedua pengertian hakekat bahasa lebih banyak didasarkan atas dasar metode gramatika-terjamahan. Dengan sendirinya gambaran dan pengertian bahasa atas metode ini tidak lengkap dan utuh, karena mengandung tekanan bahwa bahasa itu pada dasarnya adalah ujaran.  Misalnya saja pada pengajian majlis ta’lim, pesantren-pesantren yang mengajarkan Al-Quran telah diajarkan tata bunyi bahasa yang disebut Makharijul huruf dalam ilmu tajwid. Akan tetapi ilmu tersebut menitikberatkan bukan pada kemahiran membaca Al-Quran, bukan pada kemahiran menggunakan bahasa Arab.

b)     Kosa Kata

Faktor menguntungkan bagi para pelajar bahasa Arab bagi guru BA di Indonesia adalah segi kosa kata atau perbendaharaan kata karena banyak sekali kata bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa indonesia atau bahasa daerah. Namun demikian, perpindahan kata-kata dari bahasa asing ke siswa menimbulkan persoalan-persoalan berikut:

1.  Pergeseran arti, seperti kata Masyarakat yang berasal dari kata مشاركة / Musyarakah, dalam bahasa arab arti kata masyarakat ialah keikutsertaan, partisipasi atau kebersamaan. Sementara dalam bahasa indonesia artinya berubah menjadi masyarakat yang sebenarnya dalam bahasa Arab di katakan مجتمع/ mujtama'.

2.  Lafaznya berubah dari bunyi aslinya, seperti berkat dari kata بركة/ barkah, kata kabar dari kata خبر/khabr, kata mungkin dari kata ممكن/ mumkin.

3.  Lafaznya tetap, tetapi artinya berubah dari bunyi aslinya, seperti kata كلمة/ kalimah, yang berarti susunan kata-kata yang bisa memberikan pengertian, berasal dari bahasa Arab كلمات yang berarti kata-kata.

c)        Tulisan

Adapun problematika dalam tulisan diantaranya:
1.    Sistem penulisan Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, dimana, kemampuannya tidak dimiliki oleh kebanyakan orang, dibanding dengan sistem penulisan latin.

2.    Satu huruf memiliki banyak bentuk yang berbeda tergantung letak huruf itu sendiri dalam kata, ada yang diawal, ditengah, dan diakhir kata. Tentunya berbeda dalam penulisannya, ditambah lagi dengan ragam tulisannya, ada yang harus disambung dan dipisah.

3.    Huruf-huruf yang berdekatan dan menyerupai, seperti huruf:ج ح خ bentuk huruf semuanya sama, hanya titik yang membedakannya.

4.     Tidak ada kesesuaian antara tulisan dan pengucapannya. Ada sebagian yang ditulis tetapi tidak diucapkan. Seperti Alif sesudah Waw jama’ah :         ضربوا, atau sebaliknya, diucapkan tetapi tidak ditulis.

5.    Letak penulisan Hamzah yang bermacam-macam. Ada yang terletak diawal kalimat, ditengah, dan diakhir kalimat atau ditulis pada alif (   أ ), pada “ya” (ئ  ), pada waw (ؤ  )atau ditulis secara tersendiri.

6.    Penulisan Alif al-Maqsurah (ى  ), perbedaanya dengan “ya”. Khususnya, ketika “ya” ditulis tanpa titik.

Problem dalam tulisan ini, disebabkan karena tulisan Arab berbeda dengan bahasa (tulisan latin).



[1] Nandang Sarip Hidayat, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37 No. 1, Januari-Juni 2012, hlm. 84
[2] Aziz Fahrurrozi, “Pembelajaran Bahasa Arab : Problematika dan Solusinya”, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. I No. 2, Desember 2014, hlm. 162
[3] Nandang Sarip Hidayat, Log.Cit, hlm. 85
[4] Ibid.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts