Problematika adalah unit-unit dan
pola-pola yang menunjukan perbedaan struktur antar satu bahasa dengan bahasa
lain. Problematika dalam pembelajaran bahasa arab merupakan suatu faktor yang
bisa menghalangi dan memperlambat pelaksanaan proses belajar mengajar dalam
bidang studi bahasa Arab. Problematika muncul dari dalam bahasa Arab itu
sendiri (problematika linguistik) dan non linguistik atau dikalangan pengajar
(guru) dan peserta didik itu sendiri.[1]
Pengetahuan guru tentang kedua
problem itu sangat penting agar ia dapat meminimalisasi problem dan mencari
solusinya yang tepat sehingga pembelajaran bahasa Arab dalam batas minimal
dapat tercapai dengan baik. Sikap mengeluh tanpa mencari jalan keluar adalah
hal utopis.[2]
1.
Problematika Linguistik
Problematika linguistik adalah
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yang
diakibatkan oleh karakteristik bahasa arab itu sendiri sebagai bahasa asing.
Problematika yang datang dari pengajar adalah kurangnya profesionalisme dalam
mengajar dan keterbatasannya komponen-komponen yang akan terlaksananya proses
pembelajaran bahasa Arab baik dari segi tujuan, bahan pelajaran (materi),
kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan alat evaluasi.[3]
Sedangkan problematika yang
muncul dari siswa dalam belajar bahasa Arab adalah pengalaman dasar latar
belakang sekolah, penguasaan mufrodat (pembendaharaan kata) dan akibat faktor
lingkungan keluarga akibatnya mereka mengalami kesulitan untuk memahami
bacaan-bacaan serta tidak mampu menguasai bahasa Arab secara utuh baik dala
gramatika maupun komunikasinya.
Problematika linguistik itu
diantaranya:
a)
Tata bunyi/Phonetik
Tata bunyi/Phonetik dalam bahasa
Arab ini memiliki sifat yang berbeda dan bermacam dalam cara pengucapannya,
masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri seperti tata bunyi huruf
halqiyah/tenggorokan, sifat bunyi antara dua mulut, tata bunyi ke hidung, tata
bunyi huruf yang berdekatan dalam cara pengucapannya, dan tata bunyi lainya
yang menjadikan susah dalam pengucapannya.[4]
Dan termasuk problematika Tata
bunyi ini diantaranya: bahwa beberapa fonem Indonesia tidak ada padannnya dalam
bahasa Arab, seperti bunyi P,G, dan NG, sehingga bunyi P diucapkan orang Arab
dengan bunyi B, seperti kata jepang : G menjadi Ghin atau Jim, Garut menjadi
jarut, bandung menjadi bandunj
Aspek bunyi sebagai dasar untuk
mencapai kemahiran menyimak dan berbicara kurang mendapat perhatian. Hal ini
disebabkan pertama, tujuan pembelajaran bahasa arab hanya diarahkan agar
pelajar mampu memahami bahasa tulisan yang terdapat dalam buku-buku berbahasa
Arab. Kedua pengertian hakekat bahasa lebih banyak didasarkan atas dasar metode
gramatika-terjamahan. Dengan sendirinya gambaran dan pengertian bahasa atas
metode ini tidak lengkap dan utuh, karena mengandung tekanan bahwa bahasa itu
pada dasarnya adalah ujaran. Misalnya
saja pada pengajian majlis ta’lim, pesantren-pesantren yang mengajarkan
Al-Quran telah diajarkan tata bunyi bahasa yang disebut Makharijul huruf dalam
ilmu tajwid. Akan tetapi ilmu tersebut menitikberatkan bukan pada kemahiran membaca
Al-Quran, bukan pada kemahiran menggunakan bahasa Arab.
b)
Kosa Kata
Faktor
menguntungkan bagi para pelajar bahasa Arab bagi guru BA di Indonesia adalah
segi kosa kata atau perbendaharaan kata karena banyak sekali kata bahasa Arab
yang masuk ke dalam bahasa indonesia atau bahasa daerah. Namun demikian,
perpindahan kata-kata dari bahasa asing ke siswa menimbulkan
persoalan-persoalan berikut:
1. Pergeseran arti, seperti kata
Masyarakat yang berasal dari kata مشاركة / Musyarakah, dalam bahasa arab arti kata
masyarakat ialah keikutsertaan, partisipasi atau kebersamaan. Sementara dalam
bahasa indonesia artinya berubah menjadi masyarakat yang sebenarnya dalam
bahasa Arab di katakan مجتمع/ mujtama'.
2. Lafaznya berubah dari bunyi
aslinya, seperti berkat dari kata بركة/ barkah, kata kabar dari kata خبر/khabr, kata mungkin dari kata ممكن/ mumkin.
3. Lafaznya tetap, tetapi artinya berubah
dari bunyi aslinya, seperti kata كلمة/ kalimah, yang berarti susunan kata-kata
yang bisa memberikan pengertian, berasal dari bahasa Arab
كلمات yang berarti kata-kata.
c)
Tulisan
Adapun
problematika dalam tulisan diantaranya:
1.
Sistem penulisan Arab yang dimulai dari kanan
ke kiri, dimana, kemampuannya tidak dimiliki oleh kebanyakan orang, dibanding dengan
sistem penulisan latin.
2.
Satu huruf memiliki banyak bentuk yang
berbeda tergantung letak huruf itu sendiri dalam kata, ada yang diawal,
ditengah, dan diakhir kata. Tentunya berbeda dalam penulisannya, ditambah lagi
dengan ragam tulisannya, ada yang harus disambung dan dipisah.
3.
Huruf-huruf yang berdekatan dan menyerupai,
seperti huruf:ج ح خ bentuk huruf
semuanya sama, hanya titik yang membedakannya.
4.
Tidak
ada kesesuaian antara tulisan dan pengucapannya. Ada sebagian yang ditulis
tetapi tidak diucapkan. Seperti Alif sesudah Waw jama’ah : ضربوا, atau sebaliknya, diucapkan tetapi tidak
ditulis.
5.
Letak penulisan Hamzah yang bermacam-macam.
Ada yang terletak diawal kalimat, ditengah, dan diakhir kalimat atau ditulis
pada alif (
أ ), pada “ya” (ئ ), pada waw
(ؤ )atau
ditulis secara tersendiri.
6.
Penulisan Alif al-Maqsurah (ى ),
perbedaanya dengan “ya”. Khususnya, ketika “ya” ditulis tanpa titik.
Problem dalam tulisan ini, disebabkan karena
tulisan Arab berbeda dengan bahasa (tulisan latin).
[1] Nandang Sarip Hidayat,
“Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37 No. 1,
Januari-Juni 2012, hlm. 84
[2] Aziz Fahrurrozi, “Pembelajaran
Bahasa Arab : Problematika dan Solusinya”, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa
Arab dan Kebahasaaraban, Vol. I No. 2, Desember 2014, hlm. 162
[3] Nandang Sarip Hidayat, Log.Cit,
hlm. 85
[4] Ibid.
0 comments:
Post a Comment