Saturday, March 17, 2018




Pengertian Nadzariyah Tahlil Al-Akhta/Teori Analisis Kesalahan
Crystal mengungkapkan bahwa analisis kesalahan adalah sebuah teknik untuk mengidentifikasi sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa yang sedang belajar bahasa kedua dengan menggunakan bahasa asing dengan menggunakan teori-teori atau prosedur-prosedur berdasarkan linguistic.

Analisis kesalahan berbahasa merupakan satu tindakan dan studi secara formal dan sistematik untuk mengidentifikasikan kesulitan, hambatan, dan kendala dalam proses pembelajaran bahasa bagi mereka yang berbeda latar belakang kebahasaan.[1]

Jadi analisis kesalahan adalah suatu teknik yang digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengidentifikasi kesalahan, mengevaluasi kesalahn dalam bahasa seperti contoh pemakaian bentuk-bentuk aturan unit kebahasaan yang meliputi kata, paragraph, kalimat yang menyimpang dari system ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan.

Kebangkitan perhatian ilmuwan terhadap analisis kesalahan berbahasa (Anakes) adalah hasil pencarian alternative penjelasan kesalahan berbahasa disamping analisis kontrastif (Anakon). Analisis kesalahan bahasa lebih menekankan aspek kreatif siswa pelajar bahasa dan menempatkan siswa sebagai titik pusat pembelajaran bahasa dan pembelajaran B2 dibandingkan dengan anakon yang menekankan peran guru sebagai titik pusat.[2]

Langkah-langkah Nadzariyah Tahlil Al-Akhta/Teori Analisis Kesalahan
Terdapat berbagai pendapat tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam mengadakan analisis kesalahan berbahasa. Menurut Corder langkah-langkah tersebut sebagai berikut:[3]

1. Mengumpulkan data kesalahan kegiatan pada tahap pertama ini meliputi beberapa hal, yaitu:

·         Menetapkan luas sampel.
·         Menentukan media sampel (lisan atau tulisan)
·         Menentukan kehogenan sampel yang berkaitan dengan usia pelajar, latar belakang B1, dan tahap perkembangan.

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan

Pada tahap ini kesalahan-kesalahan akan diidentifikasikan sesuai tingkat kesalahannnya. Apakah keslahan tersebut termasuk dalam bidang fonologi, kesalahan dalam bidang morfologi, kesalahan dalam bidang sintaksis ataukah kesalahan dalam bidang semantik.

3. Menjelaskan kesalahan

Kegiatan pada tahap ini merupakan upaya untuk menjelaskan penyebab kesalahan tersebut dan akan diberikan deskripsi mengapa kesalahan tersebut bisa terjadi dan bagaimana proses terjadinya kesalahan tersebut. Kemudian diberikan solusi agar kesalahan tersebut bisa dipertanggungjawabkan.

4. Kuantifikasi kesalahan

Tahap untuk melihat tingkat keseringan suatu kesalahan tersebut muncul. Dan hasilnya tidak digunakan untuk melihat tingkat kesalahan yang dilakukan pembelajar.

5. Mengoreksi kesalahan

Dengan adanya kesalahan-kesalahan yang ada atau yang sering terjadi maka akan dikoreksi dan diperiksa agar dapat diambil langkah perbaikan selanjutnya.   

Kesalahan Berbahasa

Dalam literatur pengajaran bahasa, para sarjana membedakan 2 macam kesalah dalam berbahasa. Dalam literatur bahasa inggris dipergunakan istilah dan dibedakan mistake dan error.

Mistake adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor-faktor performance seperti keterbatasan ingatan mengeja dalam lafal, tekanan emosional dan sebagainya. Kesalahan seperti ini mudah diperbaiki jika penutur atau pembicara diingatkan. Sedangkan error adalah penyimpangan-penyimpangan yang sistematis yang konsisten dan menjadi ciri khas berbahasa siswa yang balajar bahasa pada tingkat tertentu.[4]

Berdasarkan taksonomi kategori linguistik mengklarifikasikan kesalahan atas kesalahan komponen bahasa, dalam komponen bahasa kesalahan diklarifikasikan menjadi:[5]

a. Klasifikasi pada tataran fonologi, dalam tataran fonologi ini bahwa kesalahan yang terjadi akibat kesalahan dalam mengucap dan kesalahan ejaan. Kesalahan dalam mengucap apabila kita salah mengucap suatu kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna misalnya: enam diucapkan anam, anem rabu diucapkan rabo asalan diucapkan alesan telur diucapkan telor dst. Sedangkan kesalahan mengeja adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam menggunakan tanda baca misalnya: melihat-lihat ditulis me-lihat2, pertanggungjawaban ditulis pertanggung-jawaban.

b. Kesalahan morfologi adalah kesalahan dalam memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentu kata misalnya: banyak pelajar-pelajar baris-baris ditanah lapang itu yang seharusnya banyak pelajar yang berbaris ditanah lapang itu.

c. Kesalahan sintaksis adalah kesalahan yang terjadi pada struktur kata, klausa, serta ketidak tepatan pemakaian artikel. Misalnya: sampai bertemu lagi di lain kesempatan yang seharusnya sampai bertemu lagi pada kesempatan lain.

d. Kesalahan leksikon adalah kesalahan pemakaian kata yang kurang tepat. Misalnya: demikianlah agar anda maklum dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih yang seharusnya demikanlah agar anda maklum dan atas perhatian anda saya ucapkan terima kasih.  

Pemunculan Perhatian Kepada Analisis Kesalahan

Ilmuwan pendidikan dan pengajaran bahasa tidak puas akan teori-teori analisis kontranstif yang hanya  menjelaskan berbahasa siswa berdasarkan interferensi antar bahasa B1 dan B2. terdapat banyak kesalahan yang tidak dapat dijelaskan dengan teori anakon. Berdasarkan kenyataan itu orang lalu mencari kemungkinan penjelasan yang akhirnya melahirkan anakes. Ada argumen yang menjadi dasar pengembangan anakes sebagai sarana medagogi. 1) anakes tidak mengalami keterbatasan penjelasan seperti anakon dengan interferesi antar bahasa. Anakes menunjukkan banyak tipe kesalahan yang dilakukan pada siswa misalnya kesalahan intralingual yang muncul karena siasat pembelajaran yang salah. 2) anakaes menyajikan data yang aktual dan problem yang konkret. Oleh karena itu, anakes lebih ekonomis dan efesien untuk menyusun runtunan bahasa. 3) Anakes tidak dihadapkan dengan teori dan hipotesis yang rumit seperti Anakon. Misalnya: dalam anakon orang harus melakukan satu telaah tentang persamaan dan perbedaan antara B1 dan B2 yang kadang-kadang memang sangat kompleks.

Berdasarkan argumen diatas, wilkins berpendapat bahwa tidak penting untuk melakukan satu telaah bandingan antara tata bahasa B1 dan B2. dengan teori[6]-teori anakes orang dapat langsung menjelaskan kesalahan-kesalahan berbahasa siswa dengan lebih memuaskan, lebih langsung, lebih berhasil, dan menghemat waktu. Pendapat yang ekstrem ini ditanggapi pula sebagai satu kelemahan dari anakes seperti yang telah dibuat oleh pakar anakon, demikian Duskova, Banathy dan Madarasz, Richards, Schacter, dan Celce-Murcia.

Disamping pertentangan antara anakon dan anakes terdapat pandangan yang lain yang dipelopori oleh para linguis inggris, misalnya: Corder (1967, 1971, 1974) Strevens, (1970), Slinker (1969,1972) dan Richards (1971, 1973) mereka membuka satu konsep lain dalam hubungan dengan kesalahan berbahasa siswa. Konsep itu adalah bahasantara. Dengan demikian, kita dapat memiliki konsep-konsep anakon dan konsep-konsep anakes, disamping konsep bahasantara. Akan tetapi, harus diakui bahwa dalam literarur tentang anakes tidak jelas benar perbedaan antara anakes dengan bahasantara.

Tujuan dan Manfaat Analisis Kesalahan

Secara tradisional tujuan dari diadakan tujuan analisis ini supaya para pengajar bisa menganalisis kesalahan yang dialami oleh pembelajar B2. adapun manfaat dari analisis kesalahan ini diharapkan dengan adanya analisis ini dapat membantu guru dalam hal menentukan urutan bahan pengajaran, memutuskan untuk memberikan penjelasan dan praktek yang diperlukan mengenai kesalahan-kesalahan yang terjadi, memberikan remidi dan latihan-latihan apabila pembelajaran masih saja melakukan kesalahan-kesalahan, melilih butir-butir kesalahan kedua untuk keperluan tes profisiensi pembelajar.[7]




[1]Jos Daniel Parera, Linguistic Edukasional, (Jakarta: Erlangga, 1997), hal.98.
[2]Jos Daniel Parera, Linguistic Edukasional, (edisi kedua) (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1997), hal.140.
[3]Sujinah, Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia, (Surabaya: 2004), hal.13.
       [4]Jos Daniel Parera, Linguistic Edukasional, (edisi kedua) (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1997), hal. 143
       [5]Content://com.sec.android.app.sbrowser/readinglist/0302210202.mhtml di akses pada Rabu 8 Maret 2017 Pukul 12:53 wib.
[6]Jos Daniel Parera, Linguistic Edukasional, (edisi kedua) (Jakarta: PT. Gelora Aksara             Pratama, 1997), hal. 141-142.
       [7]Content://com.sec.android.app.sbrowser/readinglist/0302210202.mhtml di akses pada Rabu 8 Maret 2017 Pukul 12:53 wib

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts