Saturday, March 17, 2018





Pengertian Teori Kontrastif
Letak perbandingan bahasa target dan bahasa pertama menjadi fenomena tersendiri, artinya terdapat sebuah kesulitan dan kekeliruan ketika kita mengungkapkan bahasa target, tetapi yang kita ungkapkan seperti bahasa sumber (ibu).  Dalam hal ini kita menemukan kejanggalan pada bahasa yang diucapkan. Kejanggalan itu muncul akibat interferensi bahasa sumber. Oleh karena itu kejanggalan tersebut harus diluruskan dengan sebuah analisis. Analisis tesebut dinamakan analisis kontrastif.[1]

 Ada beberapa pengertian mengenai terminologi analisis kontrastif, hal tersebut telah dipaparkan oleh beberapa pakar bidang kontrastif dengan segala pendapatnya, diantaranya[2]:

1. Lado, Fries, dkk
Lado (1957) dan Fries (1945) mengatakan secara terpisah, yang intinya ialah bahwa agar para pengajar dapat meramalkan kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar, mereka haruslah mengadakan suatu analisis kontrastif antara bahasa yang dipelajari dan bahassa yang digunakan pelajar sehari-hari, khususnya dalam komponen-komponen fonologi, morfologi, kosakata, dan sintaksis.

2. Fisiak (1981)
Analisis Kontrastif adalah suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih, atau subsistem bahasa, dengan tujuan untuk menemukan perbedaan-perbadaan dan persamaan-persamaan bahasa-bahasa tersebut.

3. James
Analisis kontrastif ialah suatu aktivitas linguistik yang bertujuan untuk menghasilkan tipologi dua bahasa yang kontrastif, yang berdasarkan asumsi-asumsi bahwa bahasa-bahasa itu dapat dibandingkan.

Dari ketiga tokoh yang berpendapat tentang terminologi analisis kontrastif, maka dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif adalah suatu kegiatan seorang linguis dalam membandingkan bahasa sumber dan bahasa target baik secara makrolinguistik maupun secara mikrolinguistik untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan kedua bahasa tersebut.[3]

Dasar psikologis Analisis Kontrastif adalah Teori transfer yang diuraikan dan diformulasikan di dalam teori psikologi Stimulus – Responsi kaum Behavioris” (James 1986:20). Dengan perkataan lain teori belajar ilmu jiwa tingkah laku merupakan dasar Analisis Kontrastif. Ada dua butir penting yang merupakan inti teori belajar ilmu jiwa tingkah laku, yaitu:

a. kebiasaan (habit); dan
b. kesalahan (error)
                Apabila dikaitkan dengan pemerolehan bahasa maka kedua butir tersebut menjadi:
c. kebiasaan berbahasa (language habit); dan
d. kesalahan berbahasa (language error).[4]
Menurut paham teori belajar psikologi behaviorisme yang mendominasi Anakon, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer negatif. Dengan istilah ‘transfer negatif’ ini kita maksudkan penggunaan sistem B1 dalam ber-B2, sedangkan sistem itu berbeda dalam B2 (bahasa kedua). Perbedaan sistem bahasa ibu dapat diidentifikasi melalui B1 (bahasa ibu) dengan B2. Kesalahan berbahasa itu dapat dihilangkan dengan cara menanamkan kebiasaan ber-B2 melalui latihan, pengulangan dan penguatan (hadiah dan hukuman).[5]

Analisis kontranstif, berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui Anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi oleh para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2.[6]

Dari pembicaraan di atas dapat kita simpulkan bahwa Analisis Kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal. Analisis Kontrastif dikembangkan dan dipraktekkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajaran bahasa.[7]

Asumsi Dasar Anakon

Untuk menjawab usaha memperbesar keberhasilan pengajaran dan pembelajaraan bahasa asing atau bahasa kedua (B2), para penganut Anakon mempunyai beberapa asumsi dasar.

1. Anakon dapat dipergunakan untuk meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. Butir-butir perbedaan dalam tiap tataran bahasa pertama dan bahasa kedua akan memberikan kesulitan kepada para siswa dalam mempelajari bahasa kedua itu. Sebaliknya butir-butir yang sama akan mempermudah siswa mempelajari bahasa kedua.
2. Anakon dapat memberikan satu sumbangan yang menyeluruh dan konsisten dan sebagai alat pengendali penyusunan materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua secara efisien. Dengan perbandingan pada setiap tataran analisis bahasa, bahan dapat disusun sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing tataran.
3. Anakon pun dapat memberikan sumbangan untuk mengurangkan proses interferensi dari bahasa pertama/bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau asing.[8]
Berdasarkan asumsi di atas, disusunlah buku-buku pelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Inggris ke bahasa lain dengan harapan proses berbahasa kedua tidak terlalu dipengaruhi oleh bahasa pertama. Para guru pun dididik untuk memahami Anakon guna usaha perbaikan kesalahan bahasa. Jika seseorang anak salah dalam berbahasa kedua, maka dicarikan biangnya pada bahasa pertama atau bahasa ibu. Misalnya, kesalahan penutur bahasa Indonesia asal Jawa dikembalikan ke dalam bahasa Jawa.[9]
Langkah-langkah Analisis Kontrastif
                Analisis kontrastif ini merupakan sarana bagi para linguis dalam membandingkan bahasa sumber dan bahasa target, sehingga terlihat persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari kedua bahasa tersebut. Paradigma Analisis Kontrastif yaitu dengan mencermati secara sistematis prsamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa tujuan. Hal ini dapat dikaji melalui dua aspek:

1. Aspek Mikrolinguistik, dalam aspek ini yang dikaji komponen-komponen yang terdiri dari Fonologi, Morfologi, kosakata dan Sintaaksis.
2. Aspek Makrolinguistik, dalam aspek ini hal-hal yang menyebabkan peneliti mencapai suatu pengertian ilmiah mengenai bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia manusia, manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia berinteraksi dengan kelompoknya, makna, kejiwaan berbahasa dan budaya. (Sosiolinguistik, Etnolinguistik, Pragmatik, Semantik, Psikolinguistik).[10]
Tokoh utama pelopor Anakon adalah Robert Lado. Robert Lado memberikan prosedur dan langkah analisis kontrastif sebagai berikut:

Langkah Pertama: Tempatkan satu deskripsi struktural yang terbaik tentang bahasa-bahasa yang bersangkutan. Deskripsi ini harus mencakup tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Deskripsi ini harus mencakup bentuk, makna, dan distribusi.

Langkah Kedua: Rangkum dalam satu ikhtisar yang terpadu semua struktur. Ini berarti seorang linguis harus merangkumkan semua kemungkinan pada setiap tataran analisis bahasa yang diteliti dan dibandingkan.

Langkah Ketiga: Bandingkan dua bahasa itu struktur demi struktur dan pola demi pola. Dengan perbandingan tiap struktur dan pola dalam dua sistem bahasa itu, orang dapat menemukan masalah-masalah dalam pembelajaran bahasa. Kita akan menentukan pola-pola yang sama dan berbeda. Dengan demikian, kita dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan hambatan dan kesulitan dalam pembelajaran bahasa-bahasa tersebut.[11]

Sedangkan menurut Whitman Brown (1980) mengemukakan empat prosedur untuk menerapkan analisis kontrastif, prosedur itu adalah:

1. Deskripsi, ahli bahasa atau guru bahasa berusaha mendeskripsikan system bahasa yang diperbandingkan.
2. Seleksi, ahli bahasa atau guru bahasa menentukan unsur bahasa yang berbeda, baik yang berhubungan dengan fonologi, morfologi maupun sintaksis.
3. Mengkontraskan unsur-unsur itu.
4. Menentukan kesalahan-kesalahan yang dibuat si terididik terhadap bahasa yang sedang dipelajari atau bahasa kedua karena pengaruh bahasa kedua.[12]
Menurut Tarigan (1995:28) dalam usaha memperbaiki pengajaran bahasa Anakon mempunyai langkah-langkah prosedur yang harus dituruti yaitu:

1. Memperbandingakan B1 dan B2 yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memprediksi atau memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa.
3.       Penyusunan atau pengurutan bahan pengajaran
4. Cara menyampaikan bahan.[13]





[1]https://justcup.blogspot.co.id/2010/07/hakikat-analisis-kontrastif.html?m=1 (diakses pada tanggal 17 maret 2017 pukul 11:09 WIB)
[2]Ibid.
[3]Ibid.
[4]Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, pengajaran Analisis Kontrastif, (Bandung: angkasa,1992), hlm. 4
[5]Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Ibid.
[6]Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Ibid.
[7]Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Ibid., hlm. 4-5
[8]Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional (Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa), (Jakarta: Erlangga, 1997), edisi II, hlm. 105
[9]Jos Daniel Parera, Ibid.
[10]https://www.google.co.id/amp/s/bahasakublog.wordpress.com/2013/11/24/prosedur-analisis-kontrastif/amp/ (diakses pada tanggal 17 maret 2017 pukul 12:17 WIB)
[11]Jos Daniel Parera, Op.Cit., hlm. 107
[12]https://www.google.co.id/amp/s/bahasakublog.wordpress.com/2013/11/24/prosedur-analisis-kontrastif/amp/ (diakses pada tanggal 17 maret 2017 pukul 12:28 WIB)
[13]Ibid.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts