Pengertian Teori Kontrastif
Letak perbandingan bahasa
target dan bahasa pertama menjadi fenomena tersendiri, artinya terdapat sebuah
kesulitan dan kekeliruan ketika kita mengungkapkan bahasa target, tetapi yang
kita ungkapkan seperti bahasa sumber (ibu). Dalam hal ini kita menemukan kejanggalan pada
bahasa yang diucapkan. Kejanggalan itu muncul akibat interferensi bahasa
sumber. Oleh karena itu kejanggalan tersebut harus diluruskan dengan sebuah
analisis. Analisis tesebut dinamakan analisis kontrastif.[1]
Ada beberapa pengertian mengenai
terminologi analisis kontrastif, hal tersebut telah dipaparkan oleh beberapa
pakar bidang kontrastif dengan segala pendapatnya, diantaranya[2]:
1. Lado, Fries, dkk
Lado (1957) dan Fries
(1945) mengatakan secara terpisah, yang intinya ialah bahwa agar para pengajar
dapat meramalkan kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar, mereka haruslah
mengadakan suatu analisis kontrastif antara bahasa yang dipelajari dan bahassa
yang digunakan pelajar sehari-hari, khususnya dalam komponen-komponen fonologi,
morfologi, kosakata, dan sintaksis.
2. Fisiak (1981)
Analisis Kontrastif adalah
suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih,
atau subsistem bahasa, dengan tujuan untuk menemukan perbedaan-perbadaan dan
persamaan-persamaan bahasa-bahasa tersebut.
3. James
Analisis kontrastif ialah
suatu aktivitas linguistik yang bertujuan untuk menghasilkan tipologi dua
bahasa yang kontrastif, yang berdasarkan asumsi-asumsi bahwa bahasa-bahasa itu
dapat dibandingkan.
Dari ketiga tokoh yang
berpendapat tentang terminologi analisis kontrastif, maka dapat disimpulkan
bahwa analisis kontrastif adalah suatu kegiatan seorang linguis dalam
membandingkan bahasa sumber dan bahasa target baik secara makrolinguistik
maupun secara mikrolinguistik untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan
persamaan-persamaan kedua bahasa tersebut.[3]
Dasar psikologis Analisis
Kontrastif adalah Teori transfer yang diuraikan dan diformulasikan di dalam
teori psikologi Stimulus – Responsi kaum Behavioris” (James 1986:20). Dengan
perkataan lain teori belajar ilmu jiwa tingkah laku merupakan dasar Analisis
Kontrastif. Ada dua butir penting yang merupakan inti teori belajar ilmu jiwa
tingkah laku, yaitu:
a. kebiasaan (habit); dan
b. kesalahan (error)
Apabila dikaitkan dengan
pemerolehan bahasa maka kedua butir tersebut menjadi:
c. kebiasaan berbahasa (language habit); dan
d. kesalahan berbahasa
(language error).[4]
Menurut paham teori belajar psikologi behaviorisme yang
mendominasi Anakon, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer negatif. Dengan
istilah ‘transfer negatif’ ini kita maksudkan penggunaan sistem B1 dalam
ber-B2, sedangkan sistem itu berbeda dalam B2 (bahasa kedua). Perbedaan sistem
bahasa ibu dapat diidentifikasi melalui B1 (bahasa ibu) dengan B2. Kesalahan
berbahasa itu dapat dihilangkan dengan cara menanamkan kebiasaan ber-B2 melalui
latihan, pengulangan dan penguatan (hadiah dan hukuman).[5]
Analisis kontranstif, berupa prosedur kerja, adalah
aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur
B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa.
Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui
Anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi
kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi
oleh para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2.[6]
Dari pembicaraan di atas dapat kita simpulkan bahwa
Analisis Kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa,
misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal. Analisis Kontrastif dikembangkan
dan dipraktekkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagai suatu aplikasi
linguistik struktural pada pengajaran bahasa.[7]
Asumsi
Dasar Anakon
Untuk menjawab usaha memperbesar keberhasilan pengajaran
dan pembelajaraan bahasa asing atau bahasa kedua (B2), para penganut Anakon
mempunyai beberapa asumsi dasar.
1. Anakon dapat dipergunakan
untuk meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua.
Butir-butir perbedaan dalam tiap tataran bahasa pertama dan bahasa kedua akan
memberikan kesulitan kepada para siswa dalam mempelajari bahasa kedua itu. Sebaliknya
butir-butir yang sama akan mempermudah siswa mempelajari bahasa kedua.
2. Anakon dapat memberikan
satu sumbangan yang menyeluruh dan konsisten dan sebagai alat pengendali
penyusunan materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua secara efisien. Dengan
perbandingan pada setiap tataran analisis bahasa, bahan dapat disusun sesuai
dengan tingkat kesulitan masing-masing tataran.
3. Anakon pun dapat
memberikan sumbangan untuk mengurangkan proses interferensi dari bahasa
pertama/bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau asing.[8]
Berdasarkan asumsi di atas, disusunlah buku-buku
pelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Inggris ke bahasa lain dengan harapan
proses berbahasa kedua tidak terlalu dipengaruhi oleh bahasa pertama. Para guru
pun dididik untuk memahami Anakon guna usaha perbaikan kesalahan bahasa. Jika
seseorang anak salah dalam berbahasa kedua, maka dicarikan biangnya pada bahasa
pertama atau bahasa ibu. Misalnya, kesalahan penutur bahasa Indonesia asal Jawa
dikembalikan ke dalam bahasa Jawa.[9]
Langkah-langkah Analisis Kontrastif
Analisis kontrastif ini
merupakan sarana bagi para linguis dalam membandingkan bahasa sumber dan bahasa
target, sehingga terlihat persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari
kedua bahasa tersebut. Paradigma Analisis Kontrastif yaitu dengan mencermati
secara sistematis prsamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara bahasa
sumber dan bahasa tujuan. Hal ini dapat dikaji melalui dua aspek:
1. Aspek Mikrolinguistik, dalam aspek ini yang
dikaji komponen-komponen yang terdiri dari Fonologi, Morfologi, kosakata dan
Sintaaksis.
2. Aspek Makrolinguistik, dalam aspek ini hal-hal
yang menyebabkan peneliti mencapai suatu pengertian ilmiah mengenai bagaimana
manusia berinteraksi dengan manusia manusia, manusia berinteraksi dengan
lingkungannya, manusia berinteraksi dengan kelompoknya, makna, kejiwaan
berbahasa dan budaya. (Sosiolinguistik, Etnolinguistik, Pragmatik, Semantik,
Psikolinguistik).[10]
Tokoh utama pelopor Anakon adalah Robert Lado. Robert
Lado memberikan prosedur dan langkah analisis kontrastif sebagai berikut:
Langkah
Pertama: Tempatkan
satu deskripsi struktural yang terbaik tentang bahasa-bahasa yang bersangkutan.
Deskripsi ini harus mencakup tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Deskripsi ini harus mencakup bentuk, makna, dan distribusi.
Langkah
Kedua: Rangkum
dalam satu ikhtisar yang terpadu semua struktur. Ini berarti seorang linguis
harus merangkumkan semua kemungkinan pada setiap tataran analisis bahasa yang
diteliti dan dibandingkan.
Langkah
Ketiga:
Bandingkan dua bahasa itu struktur demi struktur dan pola demi pola. Dengan
perbandingan tiap struktur dan pola dalam dua sistem bahasa itu, orang dapat
menemukan masalah-masalah dalam pembelajaran bahasa. Kita akan menentukan
pola-pola yang sama dan berbeda. Dengan demikian, kita dapat meramalkan
kemungkinan-kemungkinan hambatan dan kesulitan dalam pembelajaran bahasa-bahasa
tersebut.[11]
Sedangkan menurut Whitman Brown (1980) mengemukakan empat
prosedur untuk menerapkan analisis kontrastif, prosedur itu adalah:
1. Deskripsi, ahli bahasa
atau guru bahasa berusaha mendeskripsikan system bahasa yang diperbandingkan.
2. Seleksi, ahli bahasa atau
guru bahasa menentukan unsur bahasa yang berbeda, baik yang berhubungan dengan
fonologi, morfologi maupun sintaksis.
3. Mengkontraskan unsur-unsur itu.
4. Menentukan kesalahan-kesalahan yang dibuat si
terididik terhadap bahasa yang sedang dipelajari atau bahasa kedua karena
pengaruh bahasa kedua.[12]
Menurut Tarigan (1995:28) dalam usaha memperbaiki
pengajaran bahasa Anakon mempunyai langkah-langkah prosedur yang harus dituruti
yaitu:
1. Memperbandingakan B1 dan
B2 yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memprediksi atau memperkirakan
kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa.
3.
Penyusunan atau pengurutan
bahan pengajaran
4. Cara menyampaikan bahan.[13]
[1]https://justcup.blogspot.co.id/2010/07/hakikat-analisis-kontrastif.html?m=1 (diakses pada tanggal
17 maret 2017 pukul 11:09 WIB)
[2]Ibid.
[3]Ibid.
[4]Prof. DR. Henry Guntur
Tarigan, pengajaran Analisis
Kontrastif, (Bandung: angkasa,1992), hlm. 4
[5]Prof. DR. Henry Guntur
Tarigan, Ibid.
[6]Prof. DR. Henry Guntur
Tarigan, Ibid.
[7]Prof. DR. Henry Guntur
Tarigan, Ibid., hlm. 4-5
[8]Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional (Metodologi Pembelajaran
Bahasa, Analisis Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa), (Jakarta: Erlangga, 1997), edisi II, hlm. 105
[9]Jos Daniel Parera, Ibid.
[10]https://www.google.co.id/amp/s/bahasakublog.wordpress.com/2013/11/24/prosedur-analisis-kontrastif/amp/ (diakses pada tanggal
17 maret 2017 pukul 12:17 WIB)
[11]Jos Daniel Parera, Op.Cit., hlm. 107
[12]https://www.google.co.id/amp/s/bahasakublog.wordpress.com/2013/11/24/prosedur-analisis-kontrastif/amp/ (diakses pada tanggal
17 maret 2017 pukul 12:28 WIB)
[13]Ibid.
0 comments:
Post a Comment